Bicara soal acara seremonial atau pesta, ada satu "ritual", yang biasanya menjadi simulasi jelang acara berlangsung, yakni geladi bersih. Tujuannya, agar panitia dan peserta acara dapat memahami, apa saja yang harus dilakukan, dan bagaimana urutan serta gambaran umum tentang acara tersebut.
Normalnya, ritual geladi bersih hanya dilakukan sekali. Tapi, apa yang terjadi di Qatar tergolong unik, karena mereka membuat geladi bersih menuju Piala Dunia 2022 dalam tiga turnamen berbeda selama tiga tahun beruntun, yakni tahun 2019, 2020, dan 2021. Kok bisa?
Pada awalnya, saat terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar memang otomatis juga menjadi tuan rumah Piala Konfederasi 2021. Seperti diketahui, turnamen Piala Konfederasi memang "satu paket" dengan Piala Dunia.
Maklum, turnamen negara-negara juara tingkat benua plus juara Piala Dunia ini merupakan turnamen "geladi bersih resmi" FIFA sebelum Piala Dunia. Tujuannya, untuk menilai sejauh mana persiapan sang tuan rumah.
Tapi, turnamen Piala Konfederasi saja ternyata dinilai belum cukup buat Qatar. Alhasil, negara mungil di Timur Tengah ini lalu mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia Antarklub tahun 2019 dan 2020. Kebetulan, seperti halnya Piala Dunia dan Piala Konfederasi, turnamen ini juga diselenggarakan oleh FIFA.
Untuk edisi tahun ini, salah satu peserta Piala Dunia Antarklub adalah Liverpool, sang juara Liga Champions Eropa musim 2018/2019. Inilah salah satu daya tarik turnamen, yang agaknya juga dilihat oleh Qatar, sebagai "arena latihan" ideal, meski hanya berskala relatif kecil, jika dibandingkan dengan Piala Dunia.
Paling tidak, Qatar mendapat gambaran sederhana, terkait bagaimana menangani kedatangan "turis suporter bola" dalam jumlah besar dan rombongan tim yang datang.
Bak gayung bersambut, permohonan Qatar ini lalu disetujui FIFA pada Selasa, (4/6). Alhasil Qatar terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia Antarklub tahun 2019 dan tahun 2020.
Keputusan ini sekaligus membantah rumor perubahan format jumlah peserta turnamen dan waktu penyelenggaraan, yang sempat digosipkan akan bertambah menjadi 24 peserta, dengan waktu penyelenggaraan tiap empat tahun sekali.
Langkah yang dilakukan Qatar ini sekilas terlihat ambisius. Karena, mereka berani menjadi tuan rumah turnamen bikinan FIFA selama empat tahun beruntun, dengan Piala Dunia 2022 sebagai puncaknya.