Memasuki penghujung musim 2018/2019, rumor seputar pergantian pelatih di sejumlah klub pun merebak. Tapi, di antara semua rumor yang ada, ada satu yang sudah bisa dipastikan kebenarannya, yakni perpisahan Juventus dan Massimiliano Allegri setelah lima tahun bekerjasama, tepatnya setelah pekan terakhir kompetisi Serie A musim ini selesai, akhir bulan ini.
Jika melihat capaian prestasi Allegri bersama Juve, ada satu pertanyaan yang akan muncul, selain siapa sosok penggantinya, yakni apakah ia cukup kapabel untuk membawa Juventus ke level prestasi lebih tinggi?
Pertanyaan ini muncul karena eks pelatih AC Milan ini terbukti mampu membawa Juve ke level lebih tinggi, baik di Italia maupun Eropa dibanding Antonio Conte, pelatih Juve sebelumnya.
Di Italia, kedigdayaan Juventus-nya Allegri terbukti ampuh, lewat raihan 5 "Scudetto", 4 trofi Piala Italia, dan sepasang trofi Piala Super Italia. Sementara itu, di Liga Champions, Allegri sukses mengantar Si Zebra ke final di tahun 2015 dan 2017.
Uniknya, Conte turut menjadi salah satu kandidat pengganti Allegri bersama
Didier Deschamps (eks pemain dan pelatih. Juventus, kini pelatih Timnas Prancis). Selain dua eks "alumni" Juve itu, ada juga Jose Mourinho (eks pelatih Inter Milan dan Manchester United, saat ini tanpa klub), Mauricio Pochettino (Tottenham Hotspur), Maurizio Sarri (Chelsea), Simone Inzaghi (Lazio) dan Pep Guardiola (Manchester City) yang turut dibidik manajemen Juventus.
Jika melihat rapor prestasi Allegri, tentunya manajemen Juve ingin mendapatkan pelatih dengan level standar prestasi lebih tinggi. Dengan sudah sangat "mapan" nya posisi Cristiano Ronaldo dkk di Italia, wajar jika Eropa menjadi target berikut. Dengan komposisi pemain cukup mumpuni, Juventus tinggal melengkapinya dengan sosok pelatih dengan prestasi mengkilap.
Awalnya, ada sosok Zinedine Zidane yang sempat menjadi kandidat ideal, menyusul prestasi istimewanya di Real Madrid. Sayang, Zizou memutuskan kembali melatih Real Madrid menggantikan posisi Santiago Solari yang dipecat. Alhasil, muncullah nama-nama kandidat yang saya sebut di atas.
Dari para kandidat di atas, sebenarnya Pep Guardiola, Jose Mourinho, dan Didier Deschamps masuk kriteria pelatih ideal Juve. Karena, mereka sama-sama sukses meraih gelar prestisius. Pep dan Mou sama-sama sudah meraih sepasang trofi Liga Champions. Sementara itu, Deschamps sukses mengantar Les Bleus menjadi juara Piala Dunia 2018.
Tapi, ketiga nama top ini agak sulit didatangkan, kecuali jika manajemen Juventus mampu membuat manuver kejutan, seperti saat memboyong Cristiano Ronaldo tahun lalu. Seperti diketahui, Deschamps dan Pep sama-sama dalam posisi nyaman di tim masing-masing. Mourinho? Ia opsi menarik, hanya jika pelatih asal Portugal itu mampu menepikan sejenak kisah torehan "Treble Winner"-nya bersama Inter Milan.
Selebihnya, yakni Sarri, Inzaghi, Conte dan Pochettino, adalah opsi menarik dalam hal kemampuan taktikal, tapi masih belum sepenuhnya teruji di Eropa. Conte memang mampu meraih trofi kompetisi domestik bersama Juventus dan Chelsea, tapi ia masih limbung di Liga Champions Eropa.
Pochettino bahkan lebih parah lagi. Pelatih asal Argentina ini belum pernah meraih trofi mayor sepanjang kariern kepelatihannya sejauh ini. Meski sukses membuat Spurs stabil di papan atas Liga Inggris, dan lolos ke final Liga Champions, prestasi ini diraihnya setelah melalui proses membangun ulang tim, tidak langsung diraih di tahun pertama. Dengan tekanan sebegitu besar di Juventus, sulit baginya untuk bisa langsung klik, apalagi meraih banyak trofi dalam waktu singkat.