Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Menanti Akhir Sebuah Drama

Diperbarui: 17 April 2019   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Tribun Jabar

Drama. Itulah kata yang kiranya tepat, untuk menggambarkan bagaimana jalannya proses politik, yang sejauh ini sudah kita jalani bersama sebagai sebuah bangsa, dengan pemilu serentak, Rabu, (17/4) sebagai klimaksnya. Jika membaca judul di atas, mungkin sebagian dari kita akan menganggap, judul tulisan ini terkesan "lebay" atau berlebihan.

Tapi, kata "drama" menjadi satu kesimpulan sederhana dari saya, terkait proses berdemokrasi yang sejauh ini berjalan. Karena, proses berdemokrasi ini terbukti mampu menyentuh berbagai aspek kehidupan.

Mulai dari dunia politik nasional sampai urusan pertemanan secara personal, baik di dunia maya maupun nyata. Bahkan, ada juga yang sampai membawa-bawa unsur SARA, yang sebenarnya tak layak untuk dilibatkan.

Rasa khas sebuah drama pun terasa begitu kental, karena ada begitu banyak kejadian sederhana dan hoaks yang didramatisasi, dan langsung menjadi viral di media sosial, akibat hebatnya efek reaksi berantai sebagian warganet kita. Seperti diketahui, sebagian warganet kita masih  gemar bersikap reaktif, bahkan terhadap informasi yang jelas-jelas tidak benar.

Alhasil, akhir-akhir ini kita tentu banyak melihat (dan merasakan) betapa riuhnya suasana jelang pemilu, karena ada begitu banyak drama yang mengiringinya.

Andai drama-drama ini dijadikan sinetron, pasti akan mencapai puluhan ribu episode. Boleh dibilang, pada pemilu kali ini, "demokrasi" berubah sejenak menjadi "dramakrasi", karena ada begitu banyak drama di dalamnya.

Sayangnya, keriuhan ini justru membuat Pemilu kali ini terasa agak kurang berbobot. Karena, alih-alih riuh beradu program, Pemilu kali ini lebih banyak diwarnai dengan hoaks atau pemelintiran fakta, yang diikuti oleh klarifikasi, bantahan, atau permintaan maaf dari pihak terkait.

Padahal, rakyat berhak (dan harus) tahu, program-program kerja apa saja yang akan dijalankan para kandidat, andai mereka terpilih.

Dari sinilah kita semua akan mengetahui, apa saja yang nantinya akan dikerjakan sang pemimpin terpilih. Tapi, semua kegaduhan yang ada sukses membuat satu hal penting dari pemilu terabaikan, bahkan cenderung terlupakan.

Di sinilah, nilai minus pemilu kali ini tampak. Boleh dibilang, pemilu kali ini secara ironis kehilangan salah satu fungsi pentingnya, karena hal-hal yang sejatinya tak penting justru sangat diperhatikan. Andai kita semua bisa berkepala dingin sejak awal, Pemilu kali ini pasti akan sangat berkualitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline