Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Di Balik "Kisah Cinderella" ala Timnas Qatar

Diperbarui: 2 Februari 2019   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Tribunnews.com

Jika membaca judul di atas, mungkin Anda akan sedikit mengernyitkan dahi karena kebingungan. Tapi, begitulah situasi yang dialami oleh Timnas Qatar, dalam perjalanan mereka di Piala Asia 2019.

Capaian tersebut menjadi amat bersejarah buat mereka, mengingat ini adalah gelar pertama mereka di Piala Asia sepanjang sejarah. Capaian bersejarah layaknya kisah Dongeng Cinderella ini resmi diraih Timnas Qatar, setelah mereka menang 3-1 atas Jepang pada laga final, Jumat (1/2/2019) malam WIB.

Ketiga gol Timnas Qatar dicetak oleh striker andalan mereka, Almoez Ali, di menit ke-12 , Abdulaziz Hatem di menit ke-27 dan penalti Akram Afif di menit ke-83. Sementara itu, satu-satunya gol Jepang dihasilkan dari tendangan Takumi Minamino di menit ke-69.

Kesuksesan Qatar makin lengkap, setelah Almoez Ali (22) keluar sebagai top skorer turnamen dengan torehan sembilan gol. Istimewanya, capaian tersebut menjadi rekor baru di Piala Asia, melewati rekor sebelumnya (8 gol) yang dipegang oleh Ali Daei (Iran). Secara kolektif, Qatar mampu mencetak 19 gol dan hanya kebobolan sekali dari tujuh laga yang mereka jalani.

Memang, di Piala Asia 2019, Qatar bukan tim unggulan jika dibandingkan dengan tim-tim langganan peserta Piala Dunia macam Jepang, Australia, Arab Saudi, Iran, atau Korea Selatan. Mereka juga tak punya pemain di liga-liga top Eropa, karena pemain mereka bermain di liga domestik.

Tapi, jika melihat bagaimana perkembangan kiprah Almoez Ali dkk, capaian juara tim tuan rumah Piala Dunia 2022 ini sebenarnya bukan sebuah kejutan besar. Malah, ini adalah buah dari kerja keras mereka, yang dirintis sejak tahun 2004. Tepatnya sejak Aspire Academy didirikan. 

Akademi ini merupakan program sinergi antara pemerintah Qatar dan QFA (PSSI-nya Qatar). Dari akademi inilah, para pemain Timnas Qatar saat ini dihasilkan lewat pembinaan pemain muda secara berjenjang.

Selain mempunyai akademi pemain muda yang mumpuni, mereka juga membangun kerangka tim, dengan mempromosikan pemain dari timnas kelompok umur secara berjenjang. Alhasil, mereka mampu menjadi tim yang kompak, karena pemain yang ada memang sudah cukup lama bermain bersama.

Pendekatan yang sama juga diterapkan Timnas Qatar di sektor pelatih, dengan mempekerjakan Felix Sanchez Bas (43).
Dengan modal pengalamannya di akademi La Masia milik Barcelona, Sanchez dilibatkan ke dalam program Akademi Aspire sejak tahun 2006 lalu. Setelah itu, ia ditugaskan menjadi pelatih tim U-19, U-20, U-23 hingga promosi ke tim senior.

Hasilnya, mulai terlihat, saat Qatar menjuarai Piala Asia U-19 edisi 2014, yang juga diikuti oleh Timnas Indonesia U-19 angkatan Evan Dimas dkk. Capaian ini membuat mereka lolos ke Piala Dunia U-20 tahun berikutnya. Tak heran, mereka bisa juara di level senior, karena kekompakan tim, dan mental juara mereka sudah dibentuk sejak lama.

Setelah ini, pada bulan Juni mendatang mereka akan kembali tampil sebagai tim undangan di Copa America 2019. Tentunya, ini menjadi satu bukti, betapa seriusnya persiapan mereka dalam menghadapi Piala Dunia 2022 di kandang sendiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline