Judul di atas adalah reaksi sederhana, menyusul kemenangan 2-1 Manchester City atas Liverpool di Etihad Stadium, Jumat, (4/1, dinihari WIB). Kekalahan ini didapat, setelah gol-gol Sergio Aguero dan Leroy Sane hanya mampu dibalas oleh Roberto Firmino.
Alhasil, catatan belum terkalahkan Liverpool di liga Inggris musim ini harus berakhir, dengan City (posisi 2, nilai 50) memperpendek jarak poin dengan Liverpool (nilai 54) di puncak klasemen sementara Liga Inggris.
Bagi Liverpool dan Kopites, judul di atas adalah satu ungkapan kekecewaan, karena Liverpool akhirnya harus tumbang. Sementara itu, bagi klub rival, kekalahan ini terasa melegakan, karena berkat kekalahan ini, mereka bisa merapatkan jarak dengan Liverpool di klasemen sementara Liga Inggris.
Bicara soal jalannya pertandingan, pertandingan ini sebenarnya sudah dimulai sejak beberapa hari sebelumnya. Bukan di lapangan, tapi lewat aksi saling memuji kedua kubu, yang sebenarnya adalah sebuah "psywar". City, lewat Pep Guardiola tak henti memuji Liverpool, dan strategi ini diredam Jurgen Klopp, dengan balik menyanjung City. Aroma "psywar" makin kuat, setelah para pemain kedua tim sama-sama menyuarakan keyakinannya untuk menang.
Meski terasa enak didengar, "psywar" ini dengan jelas menunjukkan, tekanan untuk menang terberat ada di kubu City. Karena, jika mereka gagal menang, peluang mempertahankan gelar juara Liga Inggris akan semakin berat. Dan, "psywar" ini adalah strategi Pep untuk mengurangi tekanan tinggi tersebut.
Tapi, taktik "psywar" Pep nyatanya tak terlalu ampuh, karena Klopp mampu meredamnya, berkat kemampuan "public speaking"-nya yang oke. Seperti diketahui, meski kerap bertingkah nyentrik di pinggir lapangan, Klopp dikenal jago dalam hal "psywar". Ia tahu bagaimana cara merespon "psywar" halus maupun kasar dengan tepat.
Sebelumnya, Klopp berhasil menghancurkan strategi "psywar" kasar ala Jose Mourinho, jelang laga melawan Manchester United bulan Desember lalu. Tak tanggung-tanggung, selain mengalahkan United 3-1, strategi "psywar" Mou justru berakhir getir, karena dirinya dipecat MU akibat kekalahan ini.
Dengan intensnya "psywar" kedua kubu di media, pertandingan kedua tim di lapangan hanyalah puncak dari sebuah drama. Karena, duel ini dianggap sebagai salah satu duel krusial di Liga Inggris musim ini.
Seperti prediksi banyak pihak, duel ini berjalan ketat di lapangan, khususnya di lini tengah. Di sini, kedua tim sama-sama mampu mengantisipasi dengan baik setiap potensi ancaman yang ada. City mampu meredam agresivitas trio Firmino-Mane-Salah, sementara Liverpool mampu membuat City gagal mendominasi penguasaan bola.
Tapi, dalam sebuah "big match", detail kecil kadang menentukan. Inilah yang terjadi di laga Manchester City Vs Liverpool, dimana gol-gol yang tercipta di laga ini sama-sama berawal dari satu celah terbuka di lini belakang kedua tim, yang mampu dimanfaatkan dengan baik.
Di sini, Pep tampak sudah mempelajari dengan baik, apa saja kelemahan lini belakang Liverpool. Sementara itu, meski sempat menyamakan skor, Liverpool tampak kesulitan saat menyerang, dan terlambat panas. Liverpool baru menaikkan intensitas serangannya setelah mereka tertinggal 1-2, sementara City sudah mulai mampu mengontrol keadaan. Jadi, wajar jika catatan belum terkalahkan Liverpool di liga kali ini harus pecah telur di Etihad Stadium.