Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Menuju Bursa Transfer Musim Dingin 2019

Diperbarui: 31 Desember 2018   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Mirror.co.uk

Bagi kebanyakan orang, termasuk saya dan Anda, tanggal 1 Januari 2019 esok adalah satu momen spesial. Karena, ini adalah hari pertama dalam setahun. Pastinya, ada banyak harapan dan resolusi yang dimunculkan di sini.

Tapi, bagi klub-klub di liga-liga Eropa, tanggal 1 Januari adalah masa dimulainya bursa transfer musim dingin. Ibarat sebuah balapan, bursa transfer musim dingin adalah "pit stop area" buat klub Eropa, untuk "membongkar pasang" materi pemain. Dalam artian, mereka bebas mendatangkan pemain baru, atau melepas pemain yang ingin dijual selama bulan Januari.

Bisa dibilang, ini mirip dengan bursa transfer musim panas. Bedanya, durasi waktu belanja pemain yang ada lebih singkat, hanya satu bulan. Alhasil, tak semua klub bersedia melepas pemain (terutama pemain kuncinya) di musim dingin. Apalagi, kompetisi masih menyisakan separuh jalan.

Jelas, klub manapun takkan punya cukup waktu untuk mendatangkan pemain pengganti, andai pemain kuncinya hengkang. Kalaupun bisa, pilihan yang ada relatif terbatas. Jadi, di bursa transfer musim dingin, "perbaikan" yang dilakukan setiap klub umumnya hanya bersifat seperlunya, tak menyeluruh, apalagi sampai merombak total tim.

Tak heran, klub-klub yang saat ini sedang memiliki pemain muda berbakat atau pemain bintang, akan berusaha keras untuk mempertahankan keutuhan kekuatan tim, dengan memasang harga tinggi. Hal ini misalnya dilakukan oleh Ajax Amsterdam (Belanda) yang dua bintang mudanya, yakni Frenkie De Jong (gelandang) dan Matthijs De Ligt  (bek) sedang dilirik klub besar Eropa seperti Barcelona, PSG, dan Manchester City. Langkah ini diambil Ajax, karena mereka akan berlaga di fase gugur Liga Champions melawan Real Madrid, bulan Februari 2019 mendatang.

Meski begitu, bursa transfer musim dingin masih mempunyai daya tarik. Di mana, ini adalah kesempatan baik buat klub, untuk melepas pemain yang memasuki masa akhir kontraknya, atau menjual pemain yang dianggap  sebagai "surplus" atau "biang kerok" dalam tim. Supaya, klub setidaknya bisa mendapat dana segar, daripada harus melepasnya secara gratis di akhir musim. Pada bursa transfer musim dingin tahun lalu, kasus semacam ini terjadi saat Alexis Sanchez dan Henrikh Mkhitaryan bertukar klub, dari Arsenal ke Manchester United (MU) dan sebaliknya.

Bagi klub pencari "bintang gratisan" bursa transfer kali ini bisa menjadi kesempatan, untuk mendapatkan pemain bintang berkualitas secara gratis, atau setidaknya bisa didapat dengan harga miring. Kebetulan, di musim dingin kali ini, ada beberapa pemain bintang yang memasuki masa akhir kontraknya, seperti Aaron Ramsey (Arsenal), Diego Godin (Atletico Madrid), Adrien Rabiot (PSG), dan Cesc Fabregas (Chelsea). Selebihnya, bursa transfer musim dingin menjadi kesempatan terakhir buat klub-klub Eropa, yang ingin meminjamkan pemain cadangan, atau meminjam pemain incaran.

Tapi, bursa transfer musim dingin kadang memunculkan kejutan, dengan sesekali menciptakan rekor transfer baru, baik dalam hal penjualan ataupun pembelian pemain. Kebetulan, situasi ini pernah dialami secara bersamaan oleh Liverpool, Januari 2018 silam, saat mereka menjual Philippe Coutinho seharga 142 juta pounds ke Barcelona, dan mendatangkan Virgil Van Dijk dari Southampton seharga 75 juta pounds. Dari kedua transfer ini, Liverpool sukses mencatat rekor penjualan pemain, sekaligus pembelian pemain termahal dalam sejarah klub.

Meski tak seramai bursa transfer musim panas, bursa transfer musim dingin tetap menarik disimak. Karena, tak jarang terjadi transfer kejutan yang menarik perhatian. Akankah kejutan kembali tercipta?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline