Bicara soal Liga Inggris, ada sebuah mitos, yang menyatakan bahwa "tim yang menduduki posisi puncak klasemen sementara di periode Boxing Day akan menjadi juara di akhir musim". Tentunya, ini adalah satu kabar baik yang pasti diaminkan oleh Liverpool dan Kopites saat ini. Maklum, tim asuhan Jurgen Klopp ini memasuki masa Boxing Day sebagai pemimpin klasemen sementara Liga Inggris dengan nilai 48, unggul atas juara bertahan Manchester City (nilai 44) di posisi kedua.
Sebagai seorang Kopites, saya sendiri cukup optimis, karena Liverpool musim ini begitu konsisten dibanding biasanya. Selain itu, mereka lebih seimbang, baik dalam hal menyerang maupun bertahan. Tak heran, mereka masih belum terkalahkan di Liga Inggris sejauh ini. Di sini, hengkangnya Zeljko Buvac (Bosnia-Herzegovina, asisten pelatih Liverpool musim lalu) mampu diisi dengan baik oleh Pepijn "Pep" Linders (Belanda).
Alhasil, meski jumlah gol yang dicetak tak sebanyak musim lalu, pertahanan solid Liverpool musim ini mampu membuat mereka terlihat lebih tangguh. Keberadaan Virgil Van Dijk sebagai komandan lini belakang, dan kedatangan Alisson di bawah mistar, mampu melengkapi kepingan puzzle yang selama ini dicari Klopp.
Di lini tengah, kedatangan Fabinho, Naby Keita dan Xherdan Shaqiri sukses membuat Liverpool punya opsi lebih di lini tengah. Meski sempat menjalani awalan cukup lambat, baik Fabinho dan Naby Keita sama-sama mulai rutin mengisi posisi starter.
Sementara itu, Shaqiri mulai muncul sebagai senjata rahasia tim, dengan rajin membuat gol dan assist saat diturunkan, seperti sepasang gol yang dicetaknya ke gawang Manchester United beberapa waktu lalu. Di sini, Shaqiri terbukti mampu menjadi "rencana B" Klopp, andai produktivitas trio Firmino-Mane-Salah sedang macet.
Melihat situasinya, wajar jika optimisme meliputi Liverpool dan Kopites. Ditambah lagi, dengan adanya mitos tentang periode Boxing Day seperti yang disebut di atas. Rasanya, juara bukan lagi mimpi yang ditertawakan.
Tapi, sejarah membuktikan, mitos tentang Boxing Day justru belum memihak Liverpool. Karena, di dua kesempatan sebelumnya, yakni pada musim 2008/2009 dan 2013/2014, Si Merah gagal meraih trofi Liga Inggris di akhir musim, meski menjadi pemimpin klasemen di periode Boxing Day.
Berangkat dari situasi inilah, Liverpool dan Kopites perlu mengabaikan sejenak mitos tentang Boxing Day ini, dan fokus sepenuhnya kepada tiap laga yang akan dihadapi. Tentunya sambil berdoa Liverpool bisa "diruwat" dari "kutukan" nasib kurang mengenakkan ini.
Dan, perjuangan mereka melawan kutukan ini dimulai dari laga melawan Newcastle United, Rabu, (26/12). Laga ini menjadi satu ujian buat Mohamed Salah dkk, karena Newcastle cukup tangguh di bawah arahan Rafa Benitez, yang notabene merupakan eks pelatih Liverpool. Selain itu, mereka juga masih harus kehilangan Joe Gomez dan Joel Matip, duo bek tengah yang masih absen karena cedera.
Tentunya, ini akan menjadi satu tantangan tersendiri buat Liverpool. Apalagi, setelah ini mereka akan menghadapi dua lawan kuat, yakni Arsenal (30/12) dan Manchester City (4/1). Jika mampu melewati tantangan ini dengan baik, maka Liverpool tak perlu malu-malu lagi mengejar gelar juara Liga Inggris. Tapi, mereka harus tetap waspada, dan fokus pada diri mereka sendiri sampai akhir. Karena, musuh terbesar mereka bukan tim lawan, tapi diri sendiri.
Semoga beruntung, Reds!