Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Timnas Indonesia? Ah, Sudahlah!

Diperbarui: 2 Desember 2018   02:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiper timnas Indonesia Andritany (kanan) dan sejumlah pemain berlatih di Stadion Nasional, Singapura, Kamis (8/11/2018). Timnas Indonesia akan menjalani laga perdana penyisihan grub B Piala AFF 2018 melawan timnas Singapura di Stadion Nasional, Singapura pada Jumat 9 November 2018. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

Judul di atas adalah gambaran sederhana, dari perasaan mayoritas suporter Timnas Indonesia, menyusul tersingkirnya Tim Garuda di fase grup Piala AFF 2018. 

Ya, Timnas Indonesia dipastikan tersingkir, setelah Thailand hanya mampu bermain imbang 1-1 melawan tuan rumah Filipina, Rabu, (21/1). Alhasil, partai terakhir Timnas melawan Filipina, Minggu, (25/11) mendatang hanya tinggal formalitas saja buat Evan Dimas dkk.

Secercah harapan sebenarnya sempat muncul, setelah Supachai Jaided berhasil membobol gawang Filipina. Tapi, serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Tim Azkals sepanjang laga akhirnya mampu membuahkan hasil lewat gol penyeimbang yang dicetak Jovin Bedic di menit-menit akhir pertandingan.

Pada saat bersamaan, tuan rumah Singapura berpesta gol ke gawang Timor Leste,setelah berhasil menang telak dengan skor 6-1. Gol-gol tim asuhan Fandi Ahmad dicetak oleh Safuwan Baharudin (3 gol), Ikhsan Fandi Ahmad (2 gol), dan Muhammad Faris. 

Hasil ini sekaligus memperpanjang nafas Tim Singa yang pada partai terakhir akan bertemu Thailand di Bangkok, Minggu, (25/11) mendatang. Partai ini akan menjadi laga hidup mati bagi kedua tim.

Sementara itu, bagi Timnas Indonesia, kegagalan kali ini terasa sangat menyakitkan. Karena, untuk pertama kalinya selama berpartisipasi di Piala AFF, Tim Garuda tersingkir di fase grup sebelum menjalani laga terakhir. 

Kegetiran makin terasa, karena berkat kegagalan ini, suporter Timnas kini punya alasan tak terbantahkan, terkait aksi boikot tak menonton langsung aksi Timnas Indonesia di SUGBK, yang belakangan viral di medsos lewat tagar #KosongkanGBK.

Sebelumnya aksi boikot ini sempat berhasil, saat Timnas Indonesia menjamu Timor Leste, 13 November silam. Dalam laga yang dimenangkan timnas dengan skor 3-1 ini, SUGBK terlihat begitu lengang. Padahal, tiap kali Tim Garuda bertanding, suporter selalu datang berduyun-duyun ke stadion.

Republika.co.id

Selain itu, kegagalan Timnas Indonesia kali ini juga memberi angin segar, bagi para penggiat tagar #EdyOut, untuk mendesak Edy Rahmayadi turun dari jabatannya sebagai Ketum PSSI. Tak bisa dipungkiri, kegagalan Timnas di Piala AFF 2018 menunjukkan, seberapa gawat level inkompetensi pria yang juga menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara ini. Di sini, rangkap jabatan Sang Ketum PSSI terbukti membuahkan hasil negatif.

Memang, kegagalan ini adalah buah dari persiapan tim yang sejak awal sudah kacau balau. Persiapan yang mepet di tengah kompetisi Liga 1 yang masih berjalan, plus pemilihan pemain dan pelatih yang serba seadanya, membuat target juara Piala AFF 2018 yang dicanangkan PSSI bak jauh panggang dari api. Malah level permainan Timnas Indonesia terlihat begitu medioker, untuk ukuran tim yang dibebani target juara. Jadi, wajar jika mereka kali ini gagal total.

Jika mau menunjuk siapa terdakwanya, kita tentu bisa menyebut para pemain, pelatih Bima Sakti, dan PSSI sebagai terdakwa utama. Tapi, jika mau menyebut siapa terdakwa utama yang sebenarnya, tentu kita sepakat, PSSI lah yang paling bertanggung jawab. Karena, dari PSSI lah semua program timnas dibuat, dilaksanakan, dan dipertanggungjawabkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline