Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Di Balik Start Buruk Arsenal

Diperbarui: 19 Agustus 2018   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: Evening Standard/Getty Images)

Dua kali main, dua kali kalah. Itulah gambaran sederhana dari start Arsenal di gelaran kompetisi Liga Inggris musim ini. Dua kekalahan ini didapat, masing-masing dari Manchester City (0-2) dan Chelsea (2-3).

Kekalahan atas Chelsea didapat, setelah gol Marcos Alonso di babak kedua gagal dibalas Arsenal. Sebelum gol ini tercipta, pertandingan berjalan begitu menarik, terutama di babak pertama. Karena, gol-gol Chelsea lewat aksi Pedro dan Alvaro Morata, mampu dibalas Arsenal, lewat gol-gol Mkhitaryan dan Alex Iwobi.  

Dari segi hasil akhir, ini menjadi start terburuk The Gunners di dua laga awal liga domestik, tepatnya sejak dimulainya era Premier League pada musim 1992/1993.

Tentunya, ini bukan situasi yang diinginkan Gooners dan Arsenal sendiri. Apalagi, Arsenal sebenarnya sudah punya beberapa modal positif; punya pelatih baru, cukup sibuk di bursa transfer, dan tampil cukup baik di masa pramusim. Bisa dibilang, ini adalah mimpi buruk yang menjadi nyata buat Arsenal dan Gooners. Tapi, meski terlihat sangat buruk, ada beberapa faktor, yang membuat situasi ini terlihat wajar.

Untuk saat ini, Arsenal sedang berada dalam tahap membangun ulang tim di berbagai aspek. Mulai dari sistem permainan yang agak berbeda, menyatukan pemain baru dengan yang sudah ada, sampai membiasakan diri dengan sosok Unai Emery, sang pengganti Arsene Wenger. Pendek kata, Arsenal saat ini sedang menjalani masa transisi setelah ditinggal Arsene Wenger.

Sekilas, situasi di Arsenal pasca Wenger lengser tak serumit saat Manchester United ditinggal pensiun Sir Alex Ferguson tahun 2013 silam. Karena, meski meninggalkan "warisan" berupa Stadion Emirates dan kondisi keuangan tim yang sehat, jejak prestasi Wenger (dari sisi trofi juara yang didapat) jelas tak jadi beban berat buat siapapun penerusnya. Jadi, Emery di Arsenal seharusnya tak akan semenderita David Moyes di United dulu.

Masalahnya, di Arsenal, Emery mewarisi sebuah tim yang sebenarnya sudah 'habis', tapi terlanjur terbiasa bermain cantik, meski sebenarnya agak ceroboh, terutama saat melawan tim kuat. Indikasi ini terlihat, dari performa mereka saat melawan City dan Chelsea.

Mereka memang masih punya pemain macam Mesut Ozil, Petr Cech, Mkhitaryan, dan Aubameyang. Tapi, Ozil tak lagi sekreatif dulu, rekening gol Aubameyang masih belum pecah telur, dan Petr Cech tak dibantu lini belakang  yang solid. Hanya Mkhitaryan yang sejauh ini cukup bisa diandalkan. Torehan satu gol dan satu assist saat melawan Chelsea, Sabtu, (18/8) menjadi buktinya.

Oke, mereka memang sukses mendatangkan pemain baru macam Lucas Torreira (gelandang, Uruguay), Sokratis Papastathopoulos (bek, Yunani), Stephan Lichtsteiner (bek, Swiss), dan Bernd Leno (kiper, Jerman). Mereka adalah pemain reguler di klub  sebelumnya. Tapi, muka-muka baru ini masih perlu waktu lebih, untuk beradaptasi dengan kerasnya kompetisi Liga Inggris. Jadi, wajar jika Arsenal mencatat start buruk di liga Inggris.

Karena, Emery masih belum bisa sepenuhnya mengenyahkan suasana mood kurang bagus, dan membangkitkan kembali semangat dalam tim. Dari sisi taktik, gaya sepak bola agresif yang coba diterapkan Emery di Arsenal masih belum cukup ampuh, terutama saat melawan tim dengan gaya main agresif, seperti Manchester City dan Chelsea.

Belum adanya dampak positif yang signifikan dari para pemain baru, juga membuat daya ledak Arsenal masih melempem. Otomatis, dengan situasi "seadanya" seperti ini, kerja Emery di Arsenal akan semakin berat, terutama jika pekan depan Arsenal kembali tumbang di liga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline