Anak bandel, sebuah 'peran' yang belakangan ini sedang dijalankan oleh pemain PSG asal Prancis, Adrien Rabiot (23). Memang, jika dilihat dari bakatnya, Rabiot adalah salah satu gelandang potensial, yang bisa menjadi pemain bintang di masa depan, baik bersama klubnya maupun tanah kelahirannya.
Kemampuan olah bola berpadu sempurna dengan visi bermain jempolan, Rabiot cukup layak dikatakan seorang gelandang serang kelas atas, meski masih harus dipoles sedikit lagi untuk bisa sampai ke level tersebut.
Sayangnya, meski punya bakat besar, pemain hasil binaan akademi sepak bola PSG ini sering dinaungi ketidakberuntungan.
Sialnya, situasi ini terlanjur akrab dengannya sejak dirinya mulai bermain di level senior, baik di PSG maupun timnas Prancis.
Di PSG, ketidakberuntungan itu dialaminya, akibat proyek ambisius Nasser Al Khelaifi, pemilik PSG asal Qatar. Seperti diketahui, sejak dikuasai Al Khelaifi, PSG menjelma menjadi klub kaya bertabur bintang kelas dunia, dan begitu digdaya di Prancis.
Pemain top datang silih berganti, mulai dari Zlatan Ibrahimovic, David Beckham, sampai Neymar dan Kylian Mbappe di era kekinian. Alhasil, sinar kebintangan Rabiot selalu kalah terang, jika dibandingkan dengan para superstar milik Les Parisiens. Padahal Rabiot termasuk pemain yang jarang cedera, dan punya grafik performa cukup stabil.
Sialnya, situasi mirip juga dialami Rabiot di timnas Prancis. Meski sempat menjadi pemain reguler di timnas junior, melimpahnya stok pemain berkualitas di timnas senior Prancis membuat bakat besar Rabiot tertutup dari nama-nama beken macam Paul Pogba, atau N'golo Kante.
Situasi inilah, yang membuatnya tak masuk daftar skuad akhir timnas Prancis, yang menjadi juara di Piala Dunia 2018. Benar-benar sial.
Sayangnya, Rabiot cenderung memakai pendekatan kontroversial, dalam menyikapi situasinya, baik di klub maupun timnas. Inilah yang membuatnya terlihat seperti seorang "anak bandel", meski sebenarnya ia bukan tipe pemain berkarakter bengal.
Kontroversi berawal, saat Rabiot secara sepihak meminta pelatih Didier Deschamps, untuk mencoretnya dari daftar pemain "waiting list" timnas Prancis, untuk Piala Dunia 2018. Di sini, banyak pihak yang mengkritiknya tak nasionalis, meski di sisi lain, ini menggambarkan sifat kompetitifnya. Untunglah, kontroversi ini segera terlupakan, seiring berjayanya timnas Prancis di Rusia.
Setelahnya, Rabiot kembali berulah, kali ini di PSG, lewat keengganannya memperpanjang kontrak. Kebetulan, kontraknya di PSG akan kadaluarsa tahu 2019.