Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Setelah Timnas U-16 Juara Piala AFF U-16

Diperbarui: 12 Agustus 2018   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Detiksport.com

Juara. Itulah hasil akhir yang didapat timnas Indonesia U-16, di ajang Piala AFF U-16 edisi 2018. Hasil ini didapat, setelah Sutan Zico dkk menang adu penalti atas Thailand, dengan skor 4-3. Di waktu normal, tim asuhan Fachri Husaini ini bermain imbang 1-1.

Tentunya, ini menjadi hasil akhir yang sesuai harapan publik. Tak heran, kegembiraan dan rasa bangga pun bermunculan, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Saking senangnya, bahkan suara komentator Valentino "Jebret" Simanjuntak pun sampai terdengar begitu emosional.

Saya sendiri, juga merasakan emosi tersendiri, saat Timnas U-16 mengangkat trofi juara. Perasaan ini mengingatkan saya, pada momen serupa, saat Timnas U-19 Indonesia mengangkat trofi juara Piala AFF U-18 tahun 2013 silam. Kebetulan, kedua momen ini terjadi di Stadion Gelora Delta Sidoarjo.

Tapi, di balik kegembiraan ini, tersimpan sedikit rasa khawatir. Karena, mulai tanggal 20 September mendatang, timnas U-16 akan berlaga di ajang Piala Asia U-16, yang akan dihelat di Malaysia. Di turnamen ini, mereka tergabung di grup C, bersama Iran, Vietnam dan India. Turki ini sekaligus menjadi ajang kualifikasi Piala Dunia U-17, yang akan dihelat di Peru tahun 2019. Dari benua Asia, tim yang akan lolos adalah semifinalis Piala Asia U-16.

Kekhawatiran saya ini muncul, karena kemenangan timnas U-16 ini memunculkan sebuah kerawanan baru. Kerawanan itu, tak lain tak bukan, adalah gangguan nonteknis, berupa euforia publik dan media, plus politisasi dari PSSI, atau pihak lain yang merasa berkepentingan (baca: berjasa), atas kesuksesan timnas U-16. Gangguan nonteknis ini, dapat membuat timnas U-16 gagal fokus di turnamen berikutnya, terutama jika tak ditangani dengan tepat.

Kebetulan, situasi ini pernah terjadi di timnas Indonesia U-19, saat generasi Evan Dimas Darmono dkk juara Piala AFF U-18 tahun 2013. Saat itu, kesuksesan tim asuhan Indra Sjafri memunculkan euforia publik. Tim ini tak henti-hentinya disorot, dan dipuji setinggi langit. Tak cukup sampai disitu, kesuksesan mereka juga dipolitisasi PSSI, dan pihak lain yang merasa berjasa. Akibatnya, Tim Garuda Muda terlena, dan justru tampil jeblok, saat berlaga di ajang Piala Asia U-19 tahun 2014. Kala itu, mereka harus angkat koper di fase grup, setelah menelan tiga kekalahan beruntun.

Tentunya, kekhawatiran saya ini terlihat kurang pas, terutama dalam suasana pesta juara seperti sekarang. Tapi, berhubung kasus semacam ini sudah pernah terjadi di masa lalu, maka, ada baiknya kita mengantisipasi bersama. Supaya, pengalaman sejenis tak lagi terulang. Tentunya, kita semua berharap, juara Piala AFF U-16 bukan titik akhir prestasi Sutan Zico dkk.

Selain trofi juara, saya juga bersyukur, karena timnas U-16 hanya punya jeda waktu satu bulan menuju Piala Asia U-16. Jadi, tak ada waktu untuk mereka jadi bintang di televisi. Otomatis, mereka bisa lebih fokus mempersiapkan diri. Dari sinilah, kita bisa berharap, mereka bisa setidaknya tak tampil memalukan di Malaysia bulan depan.

Praktis, untuk saat ini, marilah kita biarkan mereka bergembira sejenak, sebelum kembali turun gelanggang bulan depan. Semoga, ini bisa menjadi sebuah motivasi untuk menapak level lebih tinggi, sekaligus membuktikan keabsahan julukan Garuda Asia yang selama ini didengung-dengungkan publik sepak bola nasional.

Selamat, Timnas U-16, tetap fokus, jangan cepat puas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline