Bicara soal timnas Spanyol, tepatnya sebelum dan sesudah era kejayaan tiki-taka (2008-2012), konyol adalah satu kata yang kiranya pas, untuk menggambarkan, bagaimana akhir kiprah mereka di Piala Dunia. Kekonyolan Spanyol di Piala Dunia kerap muncul, karena meski selalu punya materi tim dan performa meyakinkan di kualifikasi, mereka justru kerap tampil tak sesuai harapan.
Terkini, kisah konyol Tim Matador terjadi di Piala Dunia 2018. Meski tampil meyakinkan di kualifikasi, dengan mengungguli Italia, sang juara dunia 4 kali, Spanyol mendapati pelatih Julen Lopetegui "main serong" dengan Real Madrid, hanya dua hari jelang kick-off Piala Dunia 2018. Lopetegui pun dipecat, dan konyolnya malah diganti dengan Fernando Hierro, legenda Real Madrid yang masih minim pengalaman melatih di kompetisi level top.
Tak pelak, pergantian pelatih secara mendadak ini, membuat semua jadi kacau. Konsep permainan yang sudah dibangun Lopetegui gagal diteruskan Hierro. Spanyol yang sebelumnya begitu seimbang dan sulit ditembus, justru terlihat konyol saat mentas di Rusia. Jelas, kepergian mendadak Lopetegui menjadi sebuah pukulan telak buat Tim Matador.
Di fase grup saja, penampilan Spanyol sungguh konyol. Meski tergabung bersama Portugal (satu-satunya lawan tangguh di fase grup), Iran dan Maroko (yang diatas kertas bukan lawan berat), nyatanya Spanyol harus berjuang keras untuk lolos. Konyolnya, mereka kebobolan lima kali dari tiga laga di fase grup, tepatnya saat bermain imbang dengan Portugal (3-3) dan Maroko (2-2). Satu laga lainnya, yakni saat mengalahkan Iran 1-0, bukan penampilan yang bagus untuk standar timnas Spanyol.
Kekonyolan Spanyol kembali berlanjut di babak perdelapanfinal, Minggu, (1/7). Menghadapi tuan rumah Rusia, Spanyol yang tampil dominan gagal menembus barikade pertahanan Rusia. Satu-satunya gol yang dicetak Spanyol, lahir dari gol bunuh diri Sergey Ignasevich, bek Rusia.
Selebihnya, Spanyol benar-benar buntu. Konyolnya, disaat buntu inilah, pemain Spanyol justru membuat kesalahan fatal. Handsball yang dilakukan Gerard Pique di kotak penalti, memaksa wasit menunjuk titik putih. Hadiah penalti ini sukses dieksekusi Artem Dzyuba menjadi gol. Skor pun menjadi imbang 1-1.
Setelahnya, Spanyol memang mengurung pertahanan Rusia di sisa waktu normal dan di babak perpanjangan waktu. Tapi, kedisiplinan pemain Rusia, membuat Spanyol mati kutu. Laga pun dilanjutkan ke babak adu penalti.
Di babak tos-tosan ini, Spanyol akhirnya takluk 3-4, setelah eksekusi Koke dan Iago Aspas sukses dimentahkan Igor Akinfeev. Kisah konyol Spanyol pun berakhir dengan kekonyolan, setelah mereka harus tersingkir di babak perdelapanfinal. Dan, jika ada yang harus disesali, maka itu adalah pergantian pelatih mendadak, hanya dua hari menjelang turnamen dimulai. Tapi, apa boleh buat, semua sudah (terlanjur) terjadi.
Kisah konyol timnas Spanyol di Rusia, mungkin menjadi salah satu kisah kegagalan terkonyol dari salah satu tim unggulan di Piala Dunia. Tapi, hal ini sekaligus membuktikan, di turnamen sekelas Piala Dunia, membiarkan kekonyolan merajalela di sebuah tim adalah awal bencana.
Jangan Nonton Bola Tanpa Kacang Garuda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H