Pada Kamis, (14/6), Piala Dunia 2018 memulai ceritanya, dengan menggelar upacara pembukaan nan meriah, dan memainkan partai pembuka, antara tuan rumah Rusia melawan Arab Saudi, yang berakhir dengan skor 5-0 untuk kemenangan Rusia. Gol-gol tim Beruang Merah dicetak Yuri Gazinsky, Denis Cheryshev (2 gol), Artem Dzyuba, dan Alexander Golovin. Tentu saja, kita semua berharap, partai ini menjadi sinyal bagus, bahwa Piala Dunia kali ini tak pelit gol.
Meski mencatat banyak gol, partai ini sejatinya bukan partai yang begitu menarik dimata pecinta sepak bola dunia. Karena, tak banyak nama yang cukup familiar di timnas Rusia, maupun Arab Saudi. Kalaupun ada, hanya ada Denis Cheryshev (Rusia), pemain lulusan akademi sepak bola Real Madrid, yang kini menjadi pemain spesialis pengganti di Villareal. Di kubu Arab Saudi, hanya ada sosok Juan Antonio Pizzi, pelatih asal Argentina yang sebelumnya sukses mengantar timnas Chile juara Copa America Centenario 2016 dan menjadi finalis Piala Konfederasi 2017.
Selebihnya, kebanyakan orang akan mengasosiasikan kedua duel ini, sebagai "duel dua negara produsen minyak" atau "duel timnas negaranya Vladimir Putin Vs Raja Salman. Praktis, hanya status "laga pembuka turnamen" dan upacara pembukaan turnamen-lah yang membuat laga ini terlihat menarik. Untunglah, laga ini pada akhirnya tak terasa hambar, setelah timnas Rusia mampu mencatat kemenangan 5-0 atas Arab Saudi, yang kesulitan membuat peluang bersih di pertandingan ini, meski mendominasi penguasaan bola.
Tapi, terlepas dari awalan nyaris hambar ini, secara pribadi, saya bersyukur, karena Piala Dunia kali ini datang di saat yang tepat, dalam konteks situasi sosial-politik Tanah Air, yang belakangan ini begitu panas. Piala Dunia 2018, seolah sudah diposisikan sejak awal, sebagai "penyejuk" berikutnya, setelah bulan puasa dan Idul Fitri, yang saat ini sedang dirayakan umat Muslim di Indonesia (dan seluruh dunia). Tentunya, turnamen ini bisa menjadi selingan yang bagus, untuk mereka yang terlanjur penat dengan segala kegaduhan sosial-politik menjelang Pemilu 2019 mendatang.
Selain itu, Piala Dunia 2018, bisa meminggirkan sejenak dominasi acara-acara televisi berkualitas rendah, yang belakangan mendominasi dunia pertelevisian kita. Meski hanya berlangsung sebulan, setidaknya Piala Dunia 2018 bisa menjadi oase sekaligus selingan yang patut disyukuri bersama. Karena, lewat Piala Dunia 2018, masyarakat kita bisa menikmati tayangan televisi nan berkualitas.
Sebagai seorang pecinta sepak bola, saya sendiri lebih memilih untuk menikmati Piala Dunia kali ini dengan santai. Jika bicara soal tim, Argentina dan Uruguay selalu menjadi tim yang menarik perhatian saya, selain Belanda yang kali ini absen. Karena, kedua tim ini sangat enak dilihat secara taktik dan teknik. Tapi, saya tak akan ngotot menjagokan keduanya juara. Karena, itu akan mengurangi "kenikmatan" dalam menonton Piala Dunia 2018.
Lagipula, Piala Dunia kali ini menyajikan banyak warna menarik, mulai dari kemeriahan suporter, sampai banyaknya pemain kelas dunia yang bermain, seperti Neymar (Brasil), Antoine Griezmann (Prancis), Luis Suarez (Uruguay), Sadio Mane (Senegal), Mohamed Salah (Mesir), dan dua megabintang sepak bola "zaman now", yakni Lionel Messi (Argentina), dan Cristiano Ronaldo (Portugal). Dengan tingginya level standar kualitas permainan yang akan tersaji di lapangan, akan sangat disayangkan jika kemewahan ini sampai tak dinikmati dengan benar.
Mungkin, pendekatan sikap saya ini terkesan tak biasa. Tapi, bagi saya, ini adalah cara paling nyaman menikmati Piala Dunia, lengkap dengan segala drama yang mengikutinya. Toh, timnas Indonesia tak tampil di Rusia.
Jelas, dengan situasi persepakbolaan nasional seperti saat ini, sulit mengharapkan Tim Garuda bisa tampil di Piala Dunia dalam waktu dekat. Kalau ada yang berani bertanya, "kapan timnas bisa tampil di Piala Dunia?", yang bisa menjawabnya hanya kerang ajaib di kartun Spongebob Squarepants. Jawabannya: "mungkin suatu hari....(tapi entah kapan)". Memang, selama tata kelola persepakbolaan nasional masih amburadul, kita hanya akan bisa melihat Tim Garuda tampil di Piala Dunia dalam alam mimpi.
Jadi, akan lebih baik jika kita menikmati Piala Dunia, sebagai sebuah pesta akbar sepak bola dunia bagi para pecinta sepak bola. Meski begitu, kita bisa tetap punya tim jagoan masing-masing, yang aksinya memang layak kita tunggu di Rusia. Siapapun tim jagoannya, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.
Selamat datang, Piala Dunia 2018.