Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Menyoal Sikap "Overproud" di Persepakbolaan Kita

Diperbarui: 6 Juni 2018   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Radja Nainggolan (zimbio.com)

Dalam hal budaya, bangsa kita adalah bangsa yang kaya. Tapi, ada satu budaya negatif, yang terselip di dalamnya, yakni overproud alias bangga berlebihan. Entah sejak kapan sikap "norak" ini menjadi budaya. Yang jelas, sikap itu sukses membuat saya sering merasa risih.

Di dunia persepakbolaan nasional, sikap overproud tampak jelas, misalnya jika ada bintang sepak bola dunia, yang punya garis keturunan Indonesia, seperti Giovanni "Gio" Van Bronckhorst dan Robin Van Persie  (Belanda, kini menjadi pelatih dan pemain di Feyenoord Rotterdam), atau Radja Nainggolan (Belgia, pemain AS Roma). Garis keturunan Indonesia yang mereka punya, seolah menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Bahkan, mereka dianggap sebagai "wakil Indonesia" di sepak bola dunia.

Saking bangganya, saat Radja Nainggolan tak masuk timnas Belgia untuk Piala Dunia 2018, banyak warganet Indonesia yang kecewa. Ada juga yang mempertanyakan keputusan pelatih Roberto Martinez mencoret pemain keturunan Batak ini. Padahal, keputusan ini adalah hak prerogatif Martinez, bukan warganet Indonesia.

Awalnya, saya melihat itu sebagai sebuah "trivia", untuk menambah informasi. Sayang, semakin ke sini, sikap overproud itu makin kelihatan. Bahkan, PSSI dan sebagian media kita seolah terjebak dalam frame, "kita punya potensi di sepak bola", akibat sikap overproud ini. Padahal, mereka bukan warga negara Indonesia apalagi pemain timnas. Celakanya, frame ini sukses membentuk opini publik, bahwa kita punya potensi.

Kalau boleh jujur, sikap overproud ini sebenarnya malah menggambarkan 2 fakta miris terkait persepakbolaan kita. Pertama, sebagian media kita menampilkannya, sebagai wujud rasa jengkel publik atas memblenya prestasi Tim Garuda di tingkat benua dan dunia, tak banyak pemain kita yang bisa bermain di luar negeri, terutama Eropa. 

Tak heran, saat Egy Maulana Vikri dikontrak Lechia Gdansk (Polandia) beberapa waktu lalu, pemberitaannya begitu riuh, seolah Egy sedang dikontrak Real Madrid atau Barcelona.

Kedua, PSSI seolah memanfaatkan habis-habisan sikap overproud ini, untuk menepikan fakta bahwa tata kelola sepak bola nasional masih amburadul di semua sisi. Sebenarnya, sikap overproud ini justru adalah sebuah tamparan buat PSSI. Karena Gio, Van Persie, dan Nainggolan, sama-sama muncul dari negara yang tata kelola sepak bolanya sudah baik. Seharusnya, PSSI segera sadar dan mau berbenah. Jika tidak, persepakbolaan kita akan semakin tertinggal.

Jadi, daripada menjadikan para bintang sepak bola keturunan Indonesia ini sebagai sebuah kebanggaan semu belaka, akan lebih baik jika media kita mampu memanfaatkan informasi ini sebagai medium evaluasi yang mampu membentuk opini publik tentang tata kelola sepak bola kita harus segera dibenahi, jika ingin mencetak bintang (dan timnas) berkualitas.

Untuk kasus yang mirip, ada Aljazair yang bisa dijadikan contoh. Negara Afrika Utara ini begitu bangga, saat Zinedine Zidane (yang berdarah Aljazair), mampu menginspirasi timnas Prancis juara Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000. Tapi, kebanggaan itu dijadikan momentum untuk berbenah. Alhasil, timnas Aljazair mampu menjadi perdelapanfinalis Piala Dunia 2014.

Dari sikap overproud ini, kita bisa belajar bersama, berbangga atas hal positif itu boleh, tapi jangan sampai kita melupakan kenyataan yang ada. Apalagi, jika kebanggaan itu hanya sebuah kebanggaan semu, yang sebenarnya tak layak untuk dibanggakan secara berlebihan. Karena, kehidupan adalah sesuatu yang nyata, bukan semu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline