Laga El Clasico jilid 1, yang dihelat di markas Real Madrid, Sabtu (23/12), menyisakan banyak cerita. Salah satunya, mengenai Ernesto Valverde, pelatih Barcelona. Memang, sebelum laga El Clasico, keraguan akan keampuhan taktik Valverde dipertanyakan. Karena, di bawah arahan Valverde, Barca sempat kalah agregat 1-5 atas Real, di Piala Super Spanyol 2017.
Keraguan akan kapabilitas Valverde makin kuat, saat melihat performa Barca di babak pertama. Tak seperti biasanya, Barca bermain "direct", dengan menerapkan formasi 4-4-2. Bahkan, mereka sempat dipaksa bermain bertahan. Untunglah, berkat pertahanan Barca yang solid, Real gagal mencetak gol. Memang, Ronaldo sempat mencetak gol, sayang gol itu dianulir, karena terjebak offside. Tapi, meski mengejutkan, secara taktikal, gaya main Barca ini, sukses mengacaukan rancangan taktik awal Real, yang sebelumnya menduga, Barca akan bermain dengan gaya khas mereka.
Tak disangka, pada babak kedua, Barca menerapkan lagi taktik khasnya, yakni bermain sabar, sambil mendominasi penguasaan bola. Akibatnya, rancangan taktik Real yang awalnya sudah kacau, jadi semakin kacau. Karena, Real sudah terlanjur masuk perangkap 'taktik palsu' Barca di babak kedua. Celakanya, Zinedine Zidane, selaku pelatih Real, tak bisa mengantisipasi jebakan taktik Valverde.
Alhasil, Barca merajalela di babak kedua, dan menang 3-0, atas Real di Bernabeu, lewat gol Suarez, Messi, dan Aleix Vidal. Sementara itu, Real yang dimotori Cristiano Ronaldo praktis tak berkutik. Sialnya, Real harus kehilangan Dani Carvajal, yang dikartu merah wasit. Praktis, kemenangan Barca ini, memberi pukulan mental cukup telak bagi Real, dalam upayanya mempertahankan gelar La Liga.
Tapi, selain menjadi kemenangan bagi Barca, hasil El Clasico kali ini, juga menjadi kemenangan personal bagi Valverde. Inilah momen pembuktian dirinya, yang selama ini kerap dikritik, akibat bermain terlalu pragmatis, dan kukuh menerapkan pola 4-4-2, bukan formasi "trisula" (4-3-3 atau 3-4-3), dengan gaya main menyerang, yang selama ini jadi pola pakem Barca. Kemenangan di El Clasico kali ini sekaligus membuktikan, Barca bukan lagi tim, yang hanya terpaku pada satu jenis pola tertentu.
Dari segi fleksibilitas variasi taktik, laga El Clasico, memberi bukti sahih, betapa fleksibelnya variasi taktik Valverde. Ini memberi satu unsur taktikal, yang sudah lama hilang di Barca: rencana cadangan. Unsur inilah, yang membuat Barca (sejauh ini) masih belum terkalahkan, dan tak lagi membosankan untuk dilihat.
Dengan kemenangan di El Clasico, Barca bisa memasuki masa jeda kompetisi dengan tenang. Valverde sendiri, bisa fokus menangani El Barca, seiring terbungkamnya para peragu. Tapi, meski sukses menang 3-0 atas El Real, kompetisi masih jauh dari selesai. Jelas, menjaga konsistensi performa tim, menjadi tantangan berikut, bagi Valverde dan Barca.
Mampukah Barca menjaga konsistensinya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H