Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Wajah Baru El Barca

Diperbarui: 21 November 2017   23:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika bicara soal sepak bola indah, satu tim yang menjadi dedengkotnya adalah FC Barcelona. Memang, selama bertahun-tahun, El Barca adalah penganut setia paham sepak bola indah. Perkenalan awal Barca dengan sepak bola indah, terjadi pada musim 1973/1974. Kala itu, mereka dilatih Rinus Michels, Si "Bapak Total Football", dan diperkuat oleh Johan Cruyff, sang "Master Total Football", yang sama-sama "Hollander" (orang Belanda). Dengan skema dasar 4-3-3, plus gaya main agresif, Barca sukses meraih gelar La Liga 1973/1974. Raihan gelar ini, ditandai dengan kemenangan telak 5-0 El Barca, dalam laga El Clasico di Bernabeu, pada tanggal 17 Februari 1974. Inilah rekor kemenangan terbesar El Barca di Bernabeu hingga kini.

Gaya main sepak bola menyerang nan indah, semakin mengakar di Barcelona, saat era kepelatihan Cruyff (1988-1996). Dengan mengandalkan skema dasar 3-4-3 atau 4-3-3, Barca diantaranya mampu meraih 4 gelar La Liga (1990/1991, 1991/1992, 1992/1993 & 1993/1994), dan 1 gelar Liga Champions Eropa (1991/1992). Barca era Cruyff sendiri, lalu dikenal dengan sebutan "The Dream Team", dengan Pep Guardiola sebagai jenderal lapangan tengah.

Sepeninggal Cruyff, gaya main sepak bola indah, dan formasi "trisula" (3 penyerang), berkembang menjadi ciri khas Barca. Dua hal ini, seolah menjadi hukum wajib di Barcelona: siapapun pelatihnya, dua hal ini harus selalu ada. Dari sinilah Barca dikenal, sebagai tim yang varian formasi dasarnya cenderung mudah ditebak. Meskipun, skema permainannya beberapa kali dimodifikasi, seperti skema "tiki-taka" di era Pep Guardiola, dan Tito Vilanova (2008-2013), dan skema serangan langsung, di era Luis Enrique (2014-2017).

Tapi, pada musim 2017/2018 ini, 'hukum wajib' itu didobrak oleh Ernesto Valverde, pelatih Barca saat ini. Memang, sejak kalah agregat 1-5 dari Real Madrid, di Piala Super Spanyol, pelan tapi pasti, Valverde menghapus 'hukum wajib' Barca sejak era Cruyff itu. Ia mulai membiasakan El Barca, untuk bermain dalam formasi 4-4-2, dengan skema serangan langsung.

Sekilas, perubahan ini terlihat aneh. Karena, Barca belum pernah memakai pola semacam ini sejak era Cruyff. Apalagi, pola 4-4-2 tergolong tak lazim digunakan di La Liga. Karena, kebanyakan klub La Liga, lebih suka memakai formasi 4-2-3-1, atau formasi dengan satu striker lainnya. Secara taktik, formasi 4 gelandang sejajar, juga tergolong "jadul". Dulu, pola klasik ini pernah populer di EPL. Tapi, kini pola itu banyak ditinggalkan, digantikan formasi 4-2-3-1, atau formasi dasar 3 bek, yang kini memang sedang populer.

Tapi, perubahan radikal Valverde ini, sebetulnya bisa dimaklumi. Kepergian Neymar ke PSG, direspon manajemen Barca, dengan mendatangkan Ousmane Dembele dari Borussia Dortmund. Tujuannya, agar klub bisa tetap mengandalkan skema 3 penyerang. Sialnya, Dembele malah terkena cedera otot kaki cukup parah. Selain itu, kekalahan atas El Real, juga menunjukkan dua masalah. Pertama, skema andalan Barca sudah jadi rahasia umum. Kedua, Barca lemah terhadap serangan balik. Alhasil, Valverde harus mengubah taktiknya.

Hasilnya sungguh mengejutkan. Sejak pekan pertama La Liga, Barca mampu tampil konsisten. Hingga pekan ke 12, mereka mampu mencatat nilai 34, hasil dari 11 kemenangan, dan sekali imbang, unggul 10 angka atas Real Madrid. Di ajang Liga Champions, mereka menang 3 kali, dan sekali imbang, termasuk menang 3-0 atas Juventus, yang musim lalu menaklukkan mereka. Dari sisi produktivitas gol, dan pertahanan, performa mereka juga oke. Di liga, Barca sukses mencetak 33 gol, dan hanya kebobolan 4 kali, dalam 12 laga. Sementara itu, di Eropa Barca mencetak 7 gol, dan hanya sekali kebobolan.

Wajah baru Barca di era Valverde, adalah satu kejutan taktikal terbesar musim ini. Dengan pola dasar 4-4-2, Valverde terbukti mampu menciptakan tim tangguh, yang dapat menyerang, dan bertahan sama baiknya. Uniknya, perubahan ini muncul, berkat keberanian Valverde melanggar pola pakem "trisula" khas Barca. Fenomena ini sekaligus membuktikan, sebuah perubahan radikal akan membawa kebaikan, hanya jika didasari maksud dan tujuan yang baik.

Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline