Kalah lagi, dan kembali kebobolan 4 gol. Itulah gambaran performa Timnas U-19, saat tumbang 1-4 di tangan timnas Malaysia U-19, Senin (6/11). Dua hari sebelumnya, Garuda Nusantara juga kebobolan 4 gol, saat takluk 0-4 atas timnas Korea Selatan. Kedua kekalahan ini menjadi antitesis performa timnas U-19, yang sebelumnya dua kali menang 5-0, saat melawan Brunei Darussalam, dan Timor Leste. Bisa dibilang, performa Timnas U-19 kali ini tak sesuai harapan mayoritas pecinta sepak bola nasional.
Tapi, tanpa bermaksud sarkastis ataupun nyinyir, performa buruk Egy Maulana Vikri cs di Korea, adalah sesuatu yang justru patut disyukuri. Ada beberapa faktor pendukung, yang menegaskan hal itu.
Pertama, penampilan buruk ini terjadi di fase kualifikasi, bukan putaran final. Seperti kita ketahui, Garuda Nusantara sudah pasti lolos ke putaran final Piala Asia U-19 2018, dengan status sebagai tuan rumah turnamen. Jadi, laga kualifikasi di Korea ini adalah laga uji coba bagi mereka. Penampilan buruk kali ini, justru adalah sinyal positif. Karena, jika mereka tampil luar biasa di Korea, mereka akan terancam kehabisan bensin saat tampil di putaran final.
Kasus ini, pernah terjadi, di Timnas U-19 angkatan Evan Dimas Darmono tahun 2013 silam. Kala itu, Evan Dimas dkk, mampu menyapu bersih laga kualifikasi Piala Asia U-19 di Tanah Air, termasuk mengalahkan Korea Selatan 3-2. Kebetulan, pelatih tim saat itu juga Indra Sjafrie, seperti Timnas U-19 generasi saat ini. Alhasil, Timnas U-19 saat itu kebanjiran puja-puji, dan disorot secara berlebihan. Akibatnya, saat putaran final Piala Asia U-19 di Myanmar tahun 2014, Timnas U-19 gagal lolos dari fase grup, akibat selalu kalah.
Kedua, performa buruk Timnas U-19 kali ini, membuat fans kehilangan alasan, untuk menyorot Garuda Nusantara secara berlebihan. Jelas, dengan kultur sepak bola nasional, yang terkesan mendewakan kemenangan, hasil seri, apalagi kalah telak beruntun, akan membuat Timnas U-19 akan dilupakan sejenak. Tapi, situasi ini justru bagus buat Timnas U-19. Karena, mereka bisa lebih fokus berbenah.
Seperti kita ketahui, di timnas kelompok umur manapun, harapan publik untuk menang amat tinggi, bahkan cenderung berlebihan. Padahal, kualitas aslinya belum sebanding dengan harapan itu. Penampilan Egy dkk di Korea, dengan jelas membuktikannya. Akan tak adil, jika semua pihak hanya menyalahkan pelatih. Karena, kita belum kunjung punya sistem pembinaan pemain yang oke. Alhasil, jumlah pemain berkualitas yang ada masih terbatas. Selain itu, level kualitas asli pemain yang ada, terbukti masih cukup kewalahan, saat menghadapi lawan-lawan yang levelnya setara atau lebih kuat.
Ketiga, kelemahan-kelemahan Timnas U-19 dapat terdeteksi secara dini, berkat dua kekalahan telak ini. Sehingga, ada cukup waktu untuk segera memperbaikinya. Situasi justru akan berbahaya, jika mereka tampil sempurna di Korea. Karena, mereka akan sulit menemukan kelemahan yang ada. Untuk saat ini, kelemahan utama Timnas U-19 ada pada kedalaman kualitas tim (pemain inti versus pemain cadangan), koordinasi antarlini, dan kerjasama tim. Kelemahan-kelemahan ini perlu segera diperbaiki, jika Timnas U-19 masih ingin meraih prestasi bagus, di Piala Asia U-19 tahun depan.
Performa Timnas U-19 di Korea memang jeblok. Tapi, justru inilah peluang bagus untuk segera membenahi semua kelemahan yang ada saat ini. Karena, lebih baik tampil buruk di laga uji coba, daripada tampil buruk di turnamen sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H