Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Klausul Pelepasan, Si Pedang Bermata Dua

Diperbarui: 23 September 2017   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam sebuah tim sepak bola, keberadaan seorang pemain bintang, adalah sebuah aset berharga. Karena, si pemain bintang ini, mempunyai nilai tambah yang menguntungkan bagi klub, baik di dalam maupun di luar lapangan.

Di lapangan, seorang pemain bintang, dengan semua kelebihan yang dimilikinya, adalah senjata utama bagi klub, untuk dapat terus bersaing, guna meraih prestasi. Tak jarang, keberadaan sang bintang mampu mempengaruhi performa sebuah tim secara keseluruhan. Seperti yang terjadi pada timnas Argentina, dan Barcelona, yang performanya menurun saat Lionel Messi absen..

Di luar lapangan, seorang pemain bintang adalah sumber pendapatan terbaik. Dengan popularitas yang dimilikinya, seorang pemain bintang adalah kunci untuk menggaet banyak sponsor, dengan nilai kontrak cukup besar. Selain itu, ia juga dapat menjadi mediator proses "brand recognition" dari klub ke fans. Makin populer si pemain, jangkauan pasar klub akan semakin luas. Otomatis, pemasukan klub akan semakin banyak, si pemain pun makin sejahtera.

Berangkat dari manfaat besarnya inilah, klub dipastikan akan menjaga aset utamanya ini sebaik mungkin, agar tak pindah ke klub lain. Salah satu caranya adalah, memagari si pemain, dengan klausul pelepasan berharga fantastis, selain tentunya memberi gaji besar, plus status istimewa di tim.

Sekilas, strategi "pasang pagar" harga mahal ini ampuh. Karena, klub pemilik pemain lebih punya posisi tawar. Otomatis, pemain tak bisa bertindak semaunya. Klub peminat pun tak bisa sembarangan mendekati, kecuali jika harganya minimal mendekati angka dalam klausul pelepasan.

Situasinya akan terbalik, jika klausul pelepasan ini terpenuhi oleh klub peminat. Di sini, klub pemilik akan dipaksa menuruti keinginan si pemain untuk pindah. Karena, posisi tawar si pemain jelas lebih kuat. Seperti terjadi pada kasus transfer Neymar dan Kylian Mbappe ke PSG, bulan Agustus silam. Dua transfer seharga lebih dari 400 juta euro ini dapat terwujud, setelah PSG mampu menebus klausul pelepasan keduanya. Memang, satu-satunya kelemahan strategi "pasang pagar" ini adalah, jika klub peminat yang dihadapi, punya dana belanja besar seperti PSG. Tapi, akibatnya, harga pasaran transfer pemain menjadi kacau, akibat harga yang melonjak drastis.

Menariknya, klub-klub berdana belanja wah ini, justru takluk, jika klub pemilik pemain bintang incaran mereka, tak memasang angka klausul pelepasan. Karena, jika klub pemilik kukuh menolak, tawaran semahal apapun akan percuma. Karena, posisi tawar klub tetap lebih tinggi. Seperti yang terjadi, pada saga transfer gagal Phillipe Coutinho, di bursa transfer musim panas lalu. Kala itu, Barcelona mengajukan beberapa tawaran, dengan harga tertinggi 150 juta euro. Tapi, Liverpool tetap tak bergeming. Sementara itu, Coutinho hanya bisa menurut. Karena, keputusan mutlak di tangan Liverpool.

Dari sinilah, kita dapat melihat, klausul harga pelepasan seorang pemain, ibarat pedang bermata dua. Jika ada, ia bisa menyaring tawaran yang masuk, tanpa harus lelah-lelah menolak tawaran. Tapi, jika itu terpenuhi, klub hanya bisa melepas. Efek sampingnya, harga pasaran transfer pemain menjadi kacau, akibat harga yang melonjak drastis, seperti yang terjadi di bursa transfer musim panas lalu.

Sedangkan, jika besaran harga pelepasan itu tak ada, klub bisa tetap mempertahankan pemainnya, meski harus berlelah-lelah menolak tawaran. Efek sampingnya, terjadi proses negosiasi yang cukup rumit, dan adanya potensi perang harga. Tapi, keputusan tetap di tangan klub pemilik.

Dalam era industri olahraga seperti sekarang, angka klausul pelepasan pesepakbola, adalah cara menjaga aset berharga tim. Mungkin besaran harganya makin lama terlihat makin gila. Tapi, sebenarnya itu wajar. Karena, dewasa ini, seorang pesepakbola profesional, tak lagi hanya dinilai dari kemampuannya diatas lapangan, tapi juga dinilai dari potensi nilai jual komersialnya di luar lapangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline