Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Perpisahan Sakho dan Liverpool

Diperbarui: 15 September 2017   12:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Deadline day" bursa transfer musim panas 2017, yang berlangsung Kamis (31/8) lalu, memunculkan sejumlah transfer pemain yang cukup menarik perhatian. Salah satunya, transfer Mamadou Sakho (27), dari Liverpool ke Crystal Palace.

Dilihat dari prosesnya, transfer bek tengah asal Prancis ini cukup rumit, seperti kejelasan statusnya di Liverpool, khususnya dalam setahun terakhir. Karena, sejak pekan-pekan akhir musim 2015/2016, bek berdarah Senegal ini sudah tak pernah bermain di tim utama Si Merah. Penyebabnya, Sakho sempat terkena larangan bermain, akibat diduga mengkonsumsi zat doping. Meski tuduhan itu akhirnya terbukti tak benar, status Sakho di tim utama tetap dibekukan oleh pelatih Jurgen Klopp, akibat masalah indisipliner saat masa pramusim, jelang bergulirnya musim 2016/2017. Belakangan, Sakho diketahui memang sudah cukup akrab dengan masalah indisipliner, sejak masih memperkuat PSG.

Akibatnya, Sakho 'dihukum' turun kelas, ke tim reserve (tim B) Liverpool selama paruh pertana musim 2016/2017. Situasi ini, jelas cukup ironis baginya. Karena, sejak digaet dari PSG pada tahun 2013, ia adalah pemain kunci, di lini belakang Si Merah, sampai sebelum kasus dugaan doping itu mereda. Bisa dibilang, Sakho mengalami perubahan nasib yang drastis; dari pemain kunci tim, menjadi seorang pesakitan.

Situasi ini lalu dimanfaatkan Crystal Palace, untuk memakai jasa Sakho, sebagai pemain pinjaman. Kebetulan, Crystal Palace, yang kala itu dilatih Sam Allardyce, sedang berupaya memperkuat lini belakangnya, agar lolos dari jerat degradasi. Permohonan Palace ini lalu disetujui Liverpool. Sakho pun pindah ke Selhurst Park sebagai pemain pinjaman, sejak paruh kedua, sampai akhir musim 2016/2017.

Bersama Palace inilah, Sakho mampu kembali bangkit. Dengan dirinya sebagai komandan di lini belakang, Palace mampu lolos dari bahaya degradasi. Bahkan, mereka sempat membungkam Chelsea 2-1, dan Arsenal 3-0. Sebuah dampak positif yang luar biasa.

Bagusnya performa Sakho, membuat Palace tertarik merekrutnya secara permanen. Rencana transfer ini tetap tak berubah, meski Palace merekrut pelatih Frank de Boer (Belanda), menggantikan Sam Allardyce yang memutuskan pensiun. Sayang, negosiasi berjalan cukup alot, akibat harga transfer yang tak kunjung menemui titik terang. Status Sakho pun kembali terkatung-katung.

Untunglah, situasi rumit ini berakhir tepat pada hari terakhir bursa transfer musim panas. Liverpool sepakat menjual Sakho ke Palace, dengan harga 26 juta pounds. Di Palace, Sakho diikat kontrak selama 4 tahun. Harga ini lebih mahal, daripada saat Sakho digaet dari PSG seharga 18 juta pounds. Sebuah transfer yang cerdik.

Kepindahan Sakho ke Palace ini, mungkin agak disayangkan sebagian suporter Liverpool. Mengingat, opsi bek tengah Liverpool cukup terbatas. Padahal, pada musim ini, mereka juga berlaga di Liga Champions. Tapi, transfer ini adalah opsi terbaik, demi kebaikan bersama. Apalagi, Sakho memerlukan menit bermain yang cukup, agar peluangnya memperkuat timnas Prancis di Piala Dunia 2018 tetap terjaga.

Pada saat yang sama, kasus Mamadou Sakho ini menjadi contoh terkini, dari betapa pentingnya bersikap disiplin. Karena, sehebat apapun bakat seseorang, jika ia tak disiplin, ia hanya akan menuai masalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline