Dalam dua laga pekan pertama putaran kedua Liga 1, antara Persib Bandung Vs PS TNI, dan PSM Makassar Vs Mitra Kukar, yang masing-masing berlangsung pada Sabtu (5/8), dan Senin (7/8) lalu, terdapat dua wasit asing berlisensi FIFA, yang bertugas sebagai pengadil. Mereka adalah Shaun Robert Evans (Australia), dan Rysbek Shekerbekov (Kirgistan). Dalam bertugas, mereka dibantu hakim garis asing berlisensi FIFA, yakni Wilson Kenneth Brown (Australia), George Lakrindis (Australia), Artem Skopintsev (Kirgistan), dan Eldiiar Salybaev (Kirgistan). Ini, merupakan bagian dari rencana PSSI, untuk membenahi kualitas perwasitan nasional.
Secara keseluruhan, performa para wasit asing ini cukup bagus. Hasilnya, laga pun berlangsung cukup mengalir. Tidak tersendat-sendat seperti biasanya. Dari segi teknis, terdapat beberapa pelajaran yang bisa didapat, oleh wasit lokal kita.
Pertama, selama pertandingan, wasit-wasit asing ini tak pernah jauh dari bola. Sehingga, mereka dapat melihat dengan jelas, semua momen yang terjadi, dan mengambil keputusan secara obyektif, saat terjadi pelanggaran. Di sini terlihat jelas, betapa bagusnya stamina, dan pemahaman mereka, soal "Law of The Game" dalam sepak bola. Kelebihan ini, tentunya adalah hasil dari latihan fisik, yang dipadu dengan pembinaan teknis secara intensif, dalam waktu cukup lama.
Kedua, wasit, dan hakim garis asing yang bertugas, sama-sama memahami "Law of The Game" dengan baik. Di sini, tidak terjadi salah kaprah soal aturan offside, seperti yang biasa terjadi di Liga 1. Dalam hal komunikasi pun tak ada masalah. Karena saat bertugas, mereka (dalam hal ini wasit, dan hakim garis asal Australia) memakai "wireless earphone", sesuai standar sepak bola internasional, dan mampu bekerja sama dengan baik. Sehingga, mereka dapat tetap lancar dalam berkomunikasi. Tapi, di sini terdapat satu kontradiksi, di mana wasit, dan hakim garis asal Kirgistan justru tidak memakai "wireless earphone" saat bertugas. Kontradiksi ini seakan memberi contoh 'benar' dan 'salah', soal kelengkapan perangkat, yang harus dibawa wasit saat bertugas.
Ketiga, wasit-wasit asing ini cukup tegas dalam mengambil keputusan. Ketegasan ini, mampu mencegah pemain melakukan protes berlebihan, atau intimidasi kepada wasit, seperti yang sebelumnya kerap terjadi di Liga 1. Hasilnya, wasit mampu mengontrol jalannya laga dengan baik. Pertandingan pun makin menarik untuk dilihat. Malah, wasit-wasit asing ini, sering terlihat lebih galak daripada pemain.
Tegas, objektif, berstamina kuat, selalu berada di dekat bola, dan menguasai "Law of the Game" dengan baik. Itulah kriteria wasit ideal, yang sedikit banyak tercermin, dari performa para wasit asing ini. Seharusnya, penggunaan wasit asing ini perlu ditindaklanjuti PSSI, dengan melakukan pembinaan wasit secara serius. Supaya, kelak dari Indonesia dapat muncul lagi wasit berkelas internasional, seperti pada era Jimmy Napitupulu dulu. Sehingga, kualitas kompetisi sepak bola kita dapat meningkat, dan Timnas Indonesia dapat mencetak prestasi bagus, di kancah internasional. Karena, kompetisi sepak bola berkualitas, tidak hanya ditentukan dari kualitas pemainnya, tapi juga dari kualitas wasitnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H