Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Di Balik Rencana Penggunaan Wasit Asing Liga 1

Diperbarui: 21 Juli 2017   00:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada putaran kedua Liga 1 musim 2017, yang akan mulai bergulir pada 4 Agustus mendatang, PSSI berencana akan mempekerjakan wasit asing. Nantinya, wasit asing ini akan bertugas dalam 50 persen, dari seluruh pertandingan putaran kedua Liga 1. Jika diasumsikan setiap pekan memainkan 9 pertandingan, maka 76-77 pertandingan diantaranya akan dipimpin wasit asing. Sebagai informasi, pada putaran kedua Liga 1, tiap tim bermain sebanyak 17 kali. Sehingga, total ada 153 pertandingan yang berlangsung.

Jika melihat situasi terkini, sebetulnya wacana pemakaian wasit asing ini sangat masuk akal. Karena, sektor perwasitan sepak bola kita masih bermasalah. Hampir semua klub melayangkan protes ke PSSI soal kinerja pengadil di lapangan. Saking bermasalahnya, PSSI sampai membebastugaskan sejumlah wasit yang kinerjanya dianggap bermasalah. Akibatnya, PSSI kini kekurangan wasit. Padahal, jumlah wasit berlisensi di Indonesia masih terbatas. Sehingga, mempekerjakan wasit asing menjadi opsi darurat terbaik saat ini.

Mengenai wacana penggunaan wasit asing, PSSI berencana menggandeng UEFA dan FIFA sebagai pemasok wasit asing. Dari sisi teknis, ini dapat menguntungkan. Karena, standar mutu perwasitan FIFA dan UEFA lebih tinggi dari AFC (Asia). Bagi pemain, berhadapan dengan wasit asing akan menjadi pengalaman bagus. Di sini, para pemain akan 'dipaksa' belajar berbahasa asing jika ingin memprotes wasit. Otomatis, kemampuan berbahasa asing mereka akan meningkat, bersamaan dengan diperbaikinya pemahaman mereka akan "law of the game" FIFA. Bagi para wasit, ini akan jadi kesempatan bagus, untuk menambah pengalaman.

Dilihat dari standar kualitasnya, maka layak jika kita menyebut kebijakan PSSI ini, sebagai kebijakan "Marquee Referee". Seperti halnya "Marquee Player", "Marquee Referee" ini (jika jadi diterapkan), akan mampu mendatangkan atensi luas dari media, dan "wow effect" di kalangan pecinta sepak bola nasional.

Tapi, ke depannya, kebijakan "Marquee Referee" ini perlu ditindaklanjuti, dengan membina wasit lokal. Supaya, dapat muncul wasit lokal berkualitas. Rencana PSSI menggandeng FIFA dan UEFA, seharusnya dapat dijadikan momentum, untuk dapat membenahi kualitas perwasitan sepak bola nasional. Di sini, PSSI dapat mulai mengembangkan kurikulum perwasitan berstandar internasional, yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Hal ini cukup krusial, mengingat sektor perwasitan sepak bola saat ini sudah mulai banyak memakai bantuan teknologi, untuk meminimalkan potensi "error" yang dapat dilakukan wasit. Sebagai contoh, pada gelaran Piala Konfederasi lalu, FIFA memakai bantuan teknologi kamera video (VAR), yang bertugas sebagai asisten wasit tambahan. VAR ini sendiri bertugas membantu wasit mengambil keputusan, seperti halnya hakim garis. Di liga-liga Eropa, penggunaan VAR akan mulai diterapkan pada gelaran Bundesliga dan Serie A musim 2017/2018.

Kebijakan "Marquee Referee" PSSI ini, seharusnya dapat menjadi momentum perbaikan kualitas perwasitan sepak bola nasional. Supaya, kualitas kompetisi sepak bola kita nantinya dapat lebih baik. Jika kesempatan ini tidak dimanfaatkan PSSI dengan baik, maka "Marquee Referee" hanya akan menjadi kebijakan "Public Relation Strategy" yang mubazir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline