Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Suksesnya Eksperimen Timnas Jerman

Diperbarui: 4 Juli 2017   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seru, dan terbuka. Begitulah jalannya laga final Piala Konfederasi, antara timnas Jerman melawan Chile, yang dihelat di kota Saint Petersburg (Rusia), Senin (3/7) dini hari WIB. Pada akhirnya, laga ini dimenangkan oleh Jerman, berkat gol tunggal Lars Stindl di menit ke 20, hasil umpan Timo Werner, yang memanfaatkan kelengahan Marcelo Diaz, saat menguasai bola, di area pertahanan Chile. Menariknya, pada pertemuan pertama kedua tim di fase grup turnamen ini (imbang 1-1), Jumat (23/6) lalu, gol Jerman juga dicetak Lars Stindl. Bisa dibilang, golnya di final Piala Konfederasi ini adalah momen de ja vu baginya.

Gelar juara Piala Konfederasi pertama, yang didapat Tim Panser ini semakin lengkap, setelah Timo Werner (mencetak 3 gol dan 2 assist), meraih Sepatu Emas (top skorer) turnamen. Selain itu, kapten tim Julian Draxler, juga meraih Golden Ball (pemain terbaik) turnamen. Satu-satunya penghargaan personal yang lolos dari genggaman, adalah Golden Glove (kiper terbaik) turnamen, yang diraih Claudio Bravo (Chile).

Bagi Joachim Loew selaku pelatih, gelar juara Piala Konfederasi 2017 ini adalah bukti, bahwa eksperimennya berhasil. Meski memakai sejumlah pemain minim pengalaman di laga internasional, kualitas mereka tak berbeda jauh dengan para pemain reguler, yang pada turnamen kali ini diliburkan Loew. Dengan gelar juara Piala Konfederasi ini, Loew boleh  jadi akan pusing, dalam menentukan komposisi skuad. Khususnya, jika Jerman benar-benar lolos, di Piala Dunia tahun depan.

Dari segi mental bertanding pun, mereka terbukti bermental 'mesin diesel' khas Jerman; terlihat meragukan di awal, tapi tangguh di fase krusial. Pada Piala Konfederasi kali ini, 'mental diesel' itu terlihat jelas. Di dua laga awal turnamen, Jerman menang susah payah 3-2 atas Australia, lalu imbang 1-1 melawan Chile. Mesin diesel Jerman baru mulai panas, saat mereka mengalahkan Kamerun 3-1, lalu menghajar Meksiko 4-1 di semifinal, sebelum akhirnya mengalahkan Chile di final.

Dengan level kualitas, dan mentalitas yang setara ini, Loew benar-benar melempar 'kode keras' ke semua pemain Jerman; persaingan memperebutkan tempat di timnas Jerman terbuka bagi siapapun yang kompeten. Tidak ada status "pemain bintang" di timnya. Semua memiliki peluang sama besar.

Suksesnya eksperimen taktik Loew ini, juga dapat menjadi modal bagus, untuk membangun timnas yang kuat. Karena, dengan diterapkannya model persaingan terbuka, setiap pemain akan terpacu untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Dari sisi regenerasi pun, tidak akan ada masalah. Jika suatu saat pemain senior macam Sami Khedira, dan Manuel Neuer undur diri dari timnas, sudah ada pengganti berkualitas setara.

Kini, timnas Jerman hanya perlu mengalihkan fokusnya, untuk memastikan diri lolos ke Piala Dunia tahun depan, sebelum mematok target prestasi yang ingin diraih di Rusia. Memang, perjuangan mereka masih belum selesai. Tapi, setidaknya untuk saat ini, mereka punya sesuatu yang pantas untuk dirayakan sejenak, gelar Juara Piala Konfederasi 2017.

Selamat, Der Panzer!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline