Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Jelang Piala Konfederasi 2017: Menguji Kelayakan Rusia

Diperbarui: 10 Juni 2017   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada 17 Juni sampai 2 Juli mendatang, akan berlangsung ajang Piala Konfederasi di Rusia. Turnamen ini, akan digelar di kota Moskwa, Saint Petersburg, Sochi, dan Kazan, yang semuanya terletak di Rusia bagian barat. Awalnya, turnamen antarnegara ini bernama King Fahd's Cup, yang rutin digelar di Arab Saudi, pada 3 edisi beruntun (1992 1995, dan 1997). Turnamen ini, mulai diambil alih FIFA, tahun 1999. Ketika itu, Piala Konfederasi rutin digelar tiap 2 tahun sekali (1999, 2001, 2003, dan 2005). Sejak tahun 2005, barulah ajang ini rutin dihelat tiap 4 tahun sekali, sebagai turnamen 'geladi bersih' jelang digelarnya Piala Dunia.

Dari segi prestise, turnamen ini mungkin tidak seperti Piala Dunia, atau turnamen antarnegara tingkat benua (misal, Piala Eropa, Piala Afrika, dan Copa America). Satu-satunya daya tarik turnamen ini adalah, turnamen ini diikuti tim-tim negara juara tiap benua, dan tim juara dunia.

Jika melihat tingkat keseriusan tiap peserta, mungkin turnamen ini tak akan terlalu greget. Karena, hampir semua pesertanya (Kamerun, Cile, Australia, Portugal, Jerman, Meksiko, dan Selandia Baru), sama-sama masih harus berjuang, untuk memastikan diri lolos ke Piala Dunia tahun depan. Otomatis, mereka akan sedikit berhati-hati, agar pemain utama mereka tidak sampai mengalami cedera serius. Apalagi, pada bulan Agustus mendatang, akan berlangsung pertandingan lanjutan kualifikasi Piala Dunia.

Sikap hati-hati ini, salah satunya ditunjukkan oleh timnas Jerman. Pada ajang Piala Konfederasi ini, pelatih Joachim Loew memutuskan, mengistirahatkan pemain-pemain utamanya. Supaya, mereka dapat beristirahat cukup, saat jeda musim panas, setelah berjuang sepanjang musim. Maklum, pada tahun 2016 lalu, timnas Jerman berlaga di ajang Piala Eropa dengan kekuatan penuh. Sehingga, waktu libur musim panas para pemain utamanya sedikit berkurang. Sebagai gantinya, timnas Jerman akan menampilkan tim eksperimental berisi pemain-pemain muda, yang masih minim jam terbang di tim nasional.

Terlepas dari potensi kurang gregetnya, Piala Konfederasi, turnamen ini memberikan satu kabar bagus, bagi para pecinta sepak bola di Indonesia; jam tayang Piala Konfederasi 2017, dan Piala Dunia 2018 akan cukup bersahabat, dengan zona waktu di Indonesia. Karena, perbedaan waktu, antara Rusia bagian barat, dengan Indonesia adalah 4 jam (WIB), 5 jam (WITA), dan 6 jam (WIT). Perbedaan waktu ini cukup berbeda, jika dibanding Inggris, yang berbeda 7 jam, 8 jam, dan 9 jam, menurut zona waktu di Indonesia. Sehingga, potensi begadang pun akan berkurang. Piala Konfederasi ini, juga akan mengisi masa libur kompetisi sepak bola Eropa, sebelum kembali bergulir, bulan Agustus mendatang.

Praktis, satu-satunya tim, yang dipastikan akan tampil all-out, adalah Rusia, tim tuan rumah. Bagi Tim Beruang Merah, ajang ini akan menjadi bekal persiapan yang bagus, untuk mengukur seberapa layak mereka, dalam menghadapi sebuah turnamen besar. Maklum, sebagai tuan rumah, Rusia sudah lolos otomatis, ke ajang Piala Dunia tahun depan, tanpa harus berlaga di kualifikasi. Tapi, keuntungan ini ternyata membawa satu kerugian tersendiri; mereka hanya bisa berlaga di laga uji coba. Pengalaman mereka di laga kompetitif sangat minim, akibat status lolos otomatis ini.

Piala Konfederasi kali ini, juga menjadi ajang uji kelayakan Rusia, sebagai negara tuan rumah turnamen, dari segala aspek, terutama aspek infrastruktur, dan keamanan. Ujian terberat Rusia, adalah aspek keamanan, dalam hal ini, meredam anarkisme suporter mereka yang cukup beringas. Keberingasan ini, terlihat di turnamen Piala Eropa 2012 dan 2016. Kala itu, mereka terlibat tawuran, dengan suporter tim lawan, yakni Polandia (2012), dan Inggris (2016).

Padahal, kedua turnamen yang saat itu diikuti timnas Rusia, digelar di negara lain, yakni Polandia-Ukraina (2012), dan Prancis (2016). Potensi kerusuhan, di turnamen kali ini, dan tahun depan cukup besar. Karena, kedua turnamen ini akan dihelat di kandang sendiri. Sehingga, diperlukan penanganan khusus yang tepat sasaran. Mampukah Rusia lulus uji kelayakan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline