Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Musim Rehabilitasi Karier di Ligue 1 Perancis

Diperbarui: 5 April 2017   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak lama, Ligue 1 Prancis dikenal, sebagai salah satu liga produsen pemain bintang dunia. Mulai dari George Weah (Liberia), Zinedine Zidane (Prancis), Ronaldinho (Brasil), sampai Michael Essien (Ghana), menjadi beberapa contoh pemain alumnus Ligue 1 yang mendunia. Terkini, dari Ligue 1, muncul lagi pemain berbakat, macam Kylian Mbappe (Prancis, AS Monaco), Adrien Rabiot (Prancis, PSG), dan Nabil Fekir (Aljazair, Lyon).

Tapi, pada musim ini, Ligue 1 mempunyai satu peran lain, yaitu sebagai tempat rehabilitasi karir, bagi para pemain, yang sinarnya sempat redup. Mereka adalah, Radamel Falcao (Kolombia, AS Monaco), Edinson Cavani (Uruguay, PSG), Mario Balotelli (Italia, OGC Nice), dan Memphis Depay (Belanda, Olympique Lyon). Menariknya, klub yang diperkuat keempat pemain ini, adalah tim penghuni peringkat 4 besar klasemen sementara Ligue 1 pekan ke 31.

Bagi Edinson Cavani, musim ini terasa amat melegakan. Karena, ini adalah musim pertamanya sebagai penyerang tengah di PSG. Maklum, sejak pertama kali datang dari Napoli tahun 2013, El Matador lebih sering dijadikan penyerang sayap. Karena, PSG masih mempunyai figur Zlatan Ibrahimovic di posisi ujung tombak. Akibatnya, jumlah gol yang dicetaknya, tidak sebanyak biasanya. Reputasinya, sebagai penyerang tajam pun dipertanyakan. Ia baru dikembalikan ke posisi aslinya, saat Ibra hengkang ke MU, musim panas 2016 lalu.

Hasilnya, Cavani mampu mencetak 40 gol, dari 40 laga di semua ajang sejauh ini. Terakhir, ia mencetak sepasang gol, ke gawang AS Monaco, di final Piala Liga Prancis, Minggu (2/2, dinihari WIB) lalu. Dalam laga ini, PSG menang 4-1, dan keluar sebagai juara. Di Ligue 1, ketajaman Cavani mampu membawa PSG, tetap bersaing memperebutkan gelar, dengan AS Monaco, dan tim kejutan OGC Nice.

Bagi Radamel Falcao di AS Monaco, musim ini adalah musim 'kelahiran kembali' dirinya. Setelah mengalami cedera lutut parah pada paruh musim 2013/2014, Falcao lalu menjalani periode peminjaman yang suram, bersama MU dan Chelsea. Besarnya ekspektasi, yang tak diimbangi, dengan menit bermain yang cukup, membuatnya gagal bersinar. Reputasinya, sebagai bomber tajam pun dipertanyakan. Tapi, kegagalannya di Inggris, justru mampu membuatnya tampil tajam, saat kembali ke Monaco. Dengan modal menit bermain yang memadai, dan strategi menyerang, yang diterapkan pelatih Leonardo Jardim di Monaco, Falcao mampu kembali tajam. Hasilnya, Falcao mampu mencetak 24 gol, dari 31 laga sejauh ini. Duetnya bersama Kylian Mbappe, menjadi senjata utama Si Merah-Putih, untuk dapat terus bersaing di Ligue 1. Di Liga Champions, kerjasama keduanya berperan mengantar Monaco ke babak 8 besar, dan akan melawan Borussia Dortmund (Jerman).

Selain Cavani, dan Falcao, pemain lain, yang merehabilitasi karir sepakbolanya, di Ligue 1, adalah Mario Balotelli, dan Memphis Depay. Tapi, situasi Balotelli dan Memphis berbeda, dengan Cavani, dan Falcao. Karena, Balotelli, dan Memphis, menjadikan Ligue 1 musim ini, sebagai ajang pembuktian, atas cap 'pemain berbakat', yang pernah mereka dapat. Secara kebetulan, karir keduanya, sama-sama sempat meredup, akibat inkonsistensi performa, dan masalah sikap indisipliner, di klub sebelumnya. Akibatnya, Balotelli dilepas Liverpool ke Nice Agustus 2016, sedangkan, Memphis dilepas MU ke Lyon, Januari 2017.

Bagi Balotelli, musim ini terasa lebih baik, dibanding 2 musim terakhir. Karena, ia berhasil mencetak total 13 gol dari 23 laga bersama Nice di semua ajang. Berkat kontribusinya, Nice secara mengejutkan mampu bersaing, di papan atas Ligue 1, sejauh ini, dengan duduk di posisi 3, menempel Monaco dan PSG. Tapi, menit bermain Super Mario masih relatif terbatas, karena ia kerap terkena cedera minor, dan suspensi. Total, Balo sudah mendapat 10 kartu kuning, plus 3 kartu merah di berbagai ajang. Agaknya, masalah indisipliner memang masih awet berjodoh dengannya.

Dilihat dari waktu kedatangannya, Memphis adalah 'anak baru' di Ligue 1. Tapi, ia mampu beradaptasi dengan cepat di Prancis. Sejak kepindahannya ke Lyon, Januari 2017 silam, Memphis mulai menemukan lagi sentuhan mautnya. Dari total 12 laga yang sudah ia jalani sejauh ini, ia berhasil mencetak 5 gol, dan 2 assist, tanpa ada masalah indisipliner sama sekali. Bahkan, ia sukses mencetak gol dari tengah lapangan, saat mengalahkan Toulouse 4-0, pertengahan Maret silam. Kinerja bagus Memphis, mampu membantu usaha Lyon, untuk dapat kembali lolos, ke Liga Champions Eropa musim depan.

'Kebangkitan kembali' performa Cavani, Falcao, Balo, dan Memphis, di Ligue 1 musim ini, menjadi cerminan; cap gagal di masa lalu, bisa menjadi peluang, untuk mencapai sukses di masa depan. Karena, mereka yang dicap gagal, cenderung akan diabaikan. Tapi, situasi ini, justru akan memberi ruang, untuk mereka dapat semakin mengembangkan dirinya, tanpa ada tekanan berlebih. Sehingga, dapat mengeluarkan potensi terbaik, sekaligus membuktikan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline