Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Pasar Induk Wonosobo, Sejarah yang (Masih) Berulang

Diperbarui: 21 Februari 2017   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar Induk Wonosobo di pagi hari (dokpri)

Bicara soal Wonosobo, ingatan Saya melayang kembali ke masa lalu. Kota kecil, dekat Dataran Tinggi Dieng ini, adalah kota, tempat Saya lahir, dan menghabiskan masa kecil. Selain udaranya, yang relatif sejuk, dan airnya yang dingin tapi segar, kulinernya juga unik (misal; mie ongklok, carica, tempe kemul, dan bubur sumsum). Karena tidak dijumpai di daerah lain. Dari segi suasana, Wonosobo relatif lebih tenang, dibanding kota-kota besar. Kalaupun ramai, keramaian itu tidak sesemrawut di kota besar.

Tapi, sejak dua tahun terakhir, atau awal tahun 2015, kota ini berubah menjadi semrawut, karena adanya pasar tumpah, di pusat kota. Kesemwrawutan ini timbul, karena masih belum tertanganinya masalah kebakaran pasar, jelang akhir tahun 2014, hingga saat ini, yang seperti dibiarkan begitu saja. Pembiaran semacam ini jelas aneh, karena sudah berlangsung lama. Apalagi, lokasi  Pasar Induk Wonosobo terletak tak jauh, dari Alun-Alun, dan Kantor Bupati Wonosobo.

Kebakaran Pasar Induk Wonosobo akhir tahun 2014, merupakan kebakaran pasar yang ketiga, dalam kurun waktu 20 tahun. Sebelumnya, Pasar Induk Wonosobo pernah terbakar tahun 1994 dan 2004. Secara kebetulan, kebakaran pasar tahun 2004 dan 2014, terjadi menjelang Pemilihan Bupati (Pilbup) Wonosobo. Tentunya ini hanya kebetulan semata. Tapi, masalah yang terulang ini, juga selalu tidak segera ditangani. Seolah, ini bukan masalah yang benar-benar penting. Padahal, ini  menyangkut hajat hidup orang banyak.

Secara ekonomi, masalah kebakaran pasar yang tidak segera tertangani, jelas merugikan. Jumlah kerugian finansialnya, sudah pasti tidak sedikit. Pasar, yang seharusnya menjadi aset berharga daerah, justru menjadi beban. Kesemrawutan, karena masih belum beresnya masalah ini, juga merugikan di sektor pariwisata. Wonosobo, sebagai kota transit menuju tempat wisata Dataran Tinggi Dieng, akan lebih diingat turis, sebagai kota yang semrawut, karena pasarnya yang terbakar, masih belum ditata, dan dibangun kembali.

Bagaimanapun, Pasar Induk Wonosobo, harus segera ditata, dibangun ulang; dan djiaga, agar tidak kembali terbakar. Supaya, perputaran roda perekonomian daerah kembali lancar, dan image daerah, di sektor pariwisata menjadi lebih baik. Bagi Pemkab Wonosobo, seharusnya ini adalah momen tepat, untuk menerapkan program "good governance", yang dicanangkan pemerintah pusat. Mampukah mereka memanfaatkannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline