Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Pola Manajemen Klub di Liga Italia

Diperbarui: 13 Februari 2017   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam sepakbola, ada dua pola utama, pada penentuan alur kebijakan klub. Pertama, kebijakan klub, ditentukan oleh sang presiden/pemilik klub. Kedua, kebijakan klub, ditentukan oleh CEO/direktur teknik, atas seizin pemilik klub. Kedua pola ini, masih diterapkan, di Serie A. Tujuannya sama; meraih gelar. Tapi, kedua pola ini memiliki perbedaan, dalam hal konsistensi prestasi.

Pola pertama, membuat pola pengambilan keputusan klub menjadi sentralistik, dan royal dalam berbelanja. Tapi, aspek perkembangan kinerja tim, pembinaan pemain muda, dan kesehatan finansial klub, untuk jangka panjang menjadi terabaikan. Akibatnya, neraca keuangan klub timpang. Meski bisa menghasilkan prestasi dalam jangka pendek, gaya belanja klub yang boros, justru menjadi bom waktu untuk klub. Bom ini biasa meledak, saat utang klub sudah menumpuk, atau si pemilik klub pergi.

 Akibatnya, klub mengalami penurunan prestasi, atau bahkan kebangkrutan. Seperti dialami Sampdoria, di akhir 1990-an, dan Parma tahun 2016 silam. Sampdoria mengalami penurunan prestasi pascameninggalnya Paolo Mantovani (pemilik klub) tahun 1993. Puncaknya terjadi, saat mereka terdegradasi ke Serie B tahun 1999. Sedangkan Parma bangkrut tahun 2015, karena menumpuknya utang mereka, yang jumlahnya makin besar, terutama setelah bangkrutnya Parmalat (perusahaan induk mereka) tahun 2003.

Pola kedua, menganut asas desentralisasi. Dalam hal ini, sang presiden/pemilik klub menetapkan target, dan anggaran tim. Tapi pelaksanaannya dijalankan, oleh CEO/direktur teknik, dengan dasar persetujuan sang pemilik. Selain prestasi, aspek perkembangan kinerja tim, pembinaan pemain muda, dan kesehatan finansial klub, untuk jangka panjang menjadi aspek penting, yang sangat diperhatikan. Hasilnya, klub dapat menjual/membeli pemain bintang, mempromosikan pemain muda, dan mencatat keuntungan tiap musimnya.

 Di lapangan, keputusan sang CEO bisa konsisten menghasilkan prestasi, baik di kompetisi domestik, maupun antarklub Eropa. Seperti terjadi pada klub AC Milan, dan Juventus (sebelum Calciopoli 2006). Ketika itu, Milan, yang dipimpin Adriano Galliani, dan Juventus, yang dipimpin Luciano Moggi, mampu konsisten berprestasi di kompetisi domestik, maupun antarklub Eropa, sampai vonis bersalah, akibat Calciopoli menimpa mereka.

Pasca Calciopoli, panggung dominasi bergantian menjadi milik Marco Branca (CEO Inter Milan), dan Giuseppe Marotta. Pada era Branca, Inter rutin kedatangan pemain bintang, seperti Samuel Eto'o, dan Diego Milito. Di lapangan, Inter panen prestasi. Puncaknya, adalah saat mereka meraih treble winner (Scudetto-Coppa Italia-Liga Champions Eropa), di bawah arahan Jose Mourinho, tahun 2010. Ironisnya, titik puncak ini, menjadi awal penurunan mereka, yang hanya mampu meraih gelar Coppa Italia 2011, dan menjadi runner up Serie A 2011. Penurunan mereka, terjadi karena mereka tak mampu merekrut pelatih, yang kualitasnya sepadan, dengan Jose Mourinho. Di Liga Champions Eropa, musim 2011/2012, menjadi penampilan terakhir mereka hingga kini.

Menurunnya Inter, menjadi kesempatan, untuk Juventus era Marotta, mendominasi Serie A. Marotta merekrut pemain, dan pelatih, secara efektif. Hasilnya, Tim Zebra sukses mendominasi di Italia, yang ditandai dengan 5 scudetto beruntun, dalam 5 musim terakhir (2011/2012-2015/2016). Di Eropa, Juve sukses menembus final Liga Champions 2014/2015, dan menjadi wakil terkuat Liga Italia, di Eropa.

Pola manajemen tim di Liga Italia, secara jelas mencerminkan; orientasi manajemen tim jangka pendek, akan mendatangkan prestasi dalam jangka pendek. Tapi, akan menghasilkan dampak buruk, dalam jangka panjang. Sedangkan, orientasi manajemen tim jangka panjang, memang tidak langsung mendatangkan prestasi. Tetapi, sekali berprestasi, prestasi akan terus datang. Klub pun akan semakin kuat, di segala aspek.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline