Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Timnas Mesir, Menuju Final Piala Afrika 2017

Diperbarui: 2 Februari 2017   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selama ini, jika kita berbicara soal Mesir, hal-hal yang biasanya terpikir pertama kali adalah Piramida, Perguruan Tinggi Al-Azhar, Firaun, Terusan Suez, Martabak, atau Sungai Nil. Dari sisi politik, negara Afrika Utara, dengan luas sekitar 1 juta km persegi ini, seperti lekat dengan pergolakan. Mulai dari Revolusi Nasional (pendirian Republik, dan pembubaran Monarki) tahun 1953, konfrontasi melawan Israel, di tahun 1960-an, sampai kudeta berdarah atas Presiden Anwar Sadat (1981). Saat ini, situasi politik di Mesir, juga masih belum stabil, pasca lengsernya Presiden Hosni Mubarak (2011).

Tapi, meski kondisi politik bergolak, sepakbola level antarklub mereka tetap bergairah. Dengan klub Al Ahly dan Zamalek, sebagai representasinya. Kedua klub raksasa ini, seperti El Real dan El Barca di Spanyol dan Eropa. Di pentas liga domestik, duel keduanya dijuluki "El Clasico Timur Tengah". Tak hanya dominan di dalam negeri, keduanya juga sukses di level benua. Al Ahly mampu menjuarai Liga Champions Afrika 8 kali (terbanyak di Afrika), sedangkan Zamalek sebanyak 5 kali. Al Ahly terakhir kali menjuarainya tahun 2012 dan 2013, sedangkan Zamalek tahun 2002, dan menjadi finalis edisi 2016 (kalah dari Mamelodi Sundowns, Afrika Selatan).

Di level tim nasional, Tim Firaun sedang kembali bangkit, setelah terpuruk, karena terkena imbas pergolakan nasional mereka tahun 2011. Ketika itu, para pemain timnas Mesir banyak yang pensiun. Padahal, saat itu timnas Mesir sedang dalam masa sukses, setelah menjuarai Piala Afrika 3 kali beruntun (2006, 2008, dan 2010). Total, mereka menjuarai Piala Afrika sebanyak 7 kali, atau yang terbanyak di ajang ini. Setelah terjadinya pensiun pemain massal itu, timnas Mesir pun harus mulai membangun tim dari nol lagi. Akibatnya, mereka gagal lolos di tiga edisi Piala Afrika setelahnya (2012, 2013, dan 2015). Di ajang kualifikasi Piala Dunia pun, mereka kesulitan bersaing. Terakhir kali mereka lolos ke Piala Dunia adalah pada edisi 1990 di Italia. Setelah sebelumnya tampil di edisi 1934 (juga di Italia). Dari kedua partisipasi ini, timnas Mesir selalu tersingkir di babak awal.

Hasil dari pembangunan kembali Tim Firaun, baru mulai tampak di ajang Piala Afrika 2017 di Gabon ini. Di bawah asuhan pelatih Hector Cuper (Argentina, eks pelatih Valencia dan Inter Milan), yang sarat pengalaman, dengan Mohammed Salah (AS Roma) sebagai motor serangan tim, dan kiper senior Essam El Hadary (44), sebagai komandan lini pertahanan tim, Mesir mampu tampil bagus. Mereka sukses mencatat clean sheet, di empat laga beruntun (3 laga fase grup+1 laga perempatfinal). Dari 4 laga itu, Mesir mencetak 3 kemenangan dengan skor 1-0, termasuk saat mengalahkan Maroko di perempatfinal, dan sisanya berakhir 0-0 (vs Mali).

Gawang El Hadary baru kebobolan di semifinal (1/2 waktu Gabon), saat gol Aristide Bance (Burkina Faso), di menit ke 73, membalas gol Mohammed Salah (Mesir), di menit ke 66. Dalam laga itu, kedua tim bermain imbang 1-1 selama 120 menit. Mesir akhirnya lolos ke final, setelah menang 4-3 di babak adu penalti. Di final, mereka menunggu pemenang laga Ghana vs Kamerun (2/2). Lolosnya Mesir ke final Piala Afrika kali ini, menyisakan sebuah catatan unik; mereka hanya mencetak 4 gol, dan kebobolan 1 gol. Menariknya, 3 dari 4 gol yang mereka cetak, berasal dari kontribusi Mohammed Salah (mencetak 2 gol dan 1 assist). 

Lolosnya Mesir ke final Piala Afrika 2017, menjadi kado spesial di tengah pergolakan politik dalam negeri mereka, yang tak kunjung reda sejak tahun 2011. Mampukah sinergi Cuper-El Hadary-Salah memberi trofi Piala Afrika ke 8 bagi Mesir?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline