Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Praktek Whistleblowing di Sepak Bola

Diperbarui: 1 Januari 2017   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Secara umum, whistleblowing, didefinisikan sebagai "pengungkapan tindakan ilegal, atau melanggar hukum, yang terjadi pada individu, atau organisasi, oleh pihak internal, atau eksternal. Sehingga, dapat ditindaklanjuti secara hukum.". Dalam konteks politik, dan hukum nasional, praktek whistleblowing contohnya dilakukan tersangka kasus korupsi, yang merasa dijadikan ‘tumbal' pihak lain, atas kasus korupsi, yang dinilai si tersangka dilakukan secara berjamaah. Sebagai bentuk pembelaan diri, ia lalu ‘bernyanyi', dengan mengungkapkan kesaksian, tentang apa, dan bagaimana kejadian sebenarnya, serta siapa saja sosok-sosok yang juga terlibat dalam kasus ini. Dalam perjalanannya, si whistleblower ini dijadikan justice collabolator oleh pihak penegak hukum, untuk memudahkan pengungkapan kasus-kasus korupsi lainnya yang masih terkait, dan mungkin terjadi.

Dalam sepakbola, praktek whistleblowing belakangan ini dilakukan oleh situs Football Leaks. Situs yang diluncurkan sejak September 2015 ini, memulai aksinya, dengan membocorkan adanya kerjasama ilegal, antara klub FC Twente (Belanda), dengan Doyen Sports (perusahaan manajemen olahraga, yang memiliki persentase  atas hak kepemilikan pemain). Akibat kerjasama ilegal ini, KNVB (PSSI-nya Belanda), menghukum FC Twente. Klub asal kota Enschede ini, dilarang tampil, di kompetisi antarklub Eropa, selama 3 tahun ke depan. Oleh publik, situs ini dijiuluki sebagai "Wikileaks-nya sepakbola"

Football Leaks lalu melanjutkan aksinya, dengan membocorkan perjanjian transfer Neymar, dari Santos ke Barcelona. Disebutkan, jika bergabung dengan Barcelona, Neymar akan mendapat uang insentif 8,5 juta euro (sekitar 127,5 miliar rupiah, jika 1 euro=Rp 15.000), dengan gaji per pekan sebesar 77.000 euro (sekitar 1,15 miliar rupiah), belum termasuk bonus, dan klausul pelepasan minimal, sebesar 190 juta euro (sekitar 2,85 triliun rupiah), jika ada klub yang ingin membelinya dari Barcelona. Pemain lain, yang detail transfernya dibocorkan oleh Football Leaks adalah James Rodriguez (dari AS Monaco ke Real Madrid, 2014), dan Gareth Bale (dari Tottenham Hotspur ke Real Madrid, 2015). Disebutkan, James Rodriguez, ditebus Si Putih, dari AS Monaco seharga 75 juta  euro (sekitar 1,125 triliun rupiah), plus bonus 15 juta euro (225 miliar rupiah). Sedangkan, Gareth Bale ditebus dari Tottenham Hotspur, dengan ongkos transfer lebih dari 100  juta euro (diatas 1,5 triliun rupiah).

Meski dikecam pihak LFP (badan penyelenggara Liga Spanyol), dan sempat diinvestigasi pihak berwajib, karena dinilai melakukan tindakan ilegal, Football Leaks tetap konsisten menjadi whistleblower. Aksi mereka lalu mulai diikuti media-media di Eropa, yang beramai-ramai mengungkap, adanya praktek pengemplangan pajak besar-besaran, oleh sejumlah pesepakbola, di liga-liga top Eropa.

Dari Liga Primer Inggris, HMRC (Ditjen Pajak Inggris), melaporkan temuan; terdapat 43 orang pesepakbola Liga Inggris, yang mengemplang pajak, dengan nilai sebesar 158 juta  pounds (sekitar 2,8 triliun rupiah) pada awal Desember 2016. Dari Spanyol, terdapat tiga pemain Barcelona, yang didakwa karena mengemplang pajak; Lionel Messi, Javier Mascherano, dan Neymar. Messi, dan Mascherano lalu didakwa kurungan penjara masing-masing 21 bulan, dan 12 bulan (menurut hukum di Spanyol, tidak perlu dijalani, karena masa hukuman dibawah dua tahun, dapat diganti dengan membayar uang denda, tetapi dikenakan wajib lapor, dan pengawasan kepolisian setempat). Sedangkan Neymar dikenakan denda 4,4 juta euro (sekitar 66 miliar rupiah), plus pembekuan beberapa aset pribadinya. Belakangan, muncul nama Alexis Sanchez (Arsenal), yang diduga melakukan pengemplangan pajak, selama kurun waktu 2012-2013, saat masih memperkuat Barcelona.

Praktek whistleblowing dalam sepakbola, yang terjadi belakangan ini, meski tidak etis, karena menyebarluaskan hal-hal rahasia terkait klub, dan pemain, sebenarnya juga bersifat legal, karena bertujuan menegakkan transparansi, dan akuntabillitas. Supaya dapat mencegah potensi terjadinya pelanggaran hukum, untuk mewujudkan kompetisi profesional yang bersih, dan berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline