Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Berkah di Dalam Masalah, Chelsea

Diperbarui: 8 Desember 2016   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Performa Chelsea kian memburuk dalam beberapa pertandingan belakangan. Mirror.co.uk

Blessing in disguise, atau, yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai, “berkah di tengah masalah”, adalah situasi yang saat ini sedang dialami Chelsea. Disguise, yang dialami Chelsea sudah ada sejak musim lalu; suasana internal yang kurang harmonis, inkonsistensi performa, plus hubungan yang kurang baik dengan media. Hasilnya, muncul masalah lanjutan, pergantian pelatih, dan finis di peringkat 10 Liga Inggris. 

Capaian terburuk sejak era kepemilikan Roman Abramovich dimulai, tahun 2003 silam. Akibatnya, Chelsea harus absen di ajang antarklub Eropa musim 2016/2017, plus, menerima predikat sebagai “Juara Bertahan Terburuk Sepanjang Sejarah EPL”. Untuk klub seambisius Chelsea, situasi ini jelas memalukan, dan merugikan. Absen di Eropa, membuat mereka kehilangan daya tarik, di mata para pemain bintang. Secara finansial, mereka juga kehilangan potensi pemasukan besar.

Untunglah Si Biru mempunyai tim direksi yang cerdik, secara tak terduga, mereka berhasil mendatangkan Antonio Conte, pelatih yang sukses tampil bagus, bersama Timnas Italia, di Euro 2016, dengan materi tim pas-pasan. Untuk pertama kali dalam beberapa tahun, Chelsea terlihat lebih kalem, tapi efektif di bursa transfer. Satu-satunya kejutan adalah, ‘memulangkan’ David Luiz dari PSG. Tercatat, tiga, dari total empat pemain, yang mereka gaet (David Luiz, N’Golo Kante, dan Marcos Alonso), menjadi personel tetap starting elevensejauh ini.

Sekilas, semuanya terlihat lancar di awal musim, tepatnya di bulan Agustus. Taktik pressing football, dengan pola 4-2-3-1 terlihat menjanjikan. Tetapi, bulan berikutnya, Chelsea tampak kedodoran, ini terlihat dari hasil tanpa kemenangan di tiga laga beruntun (ditahan Swansea, lalu kalah dari Liverpool, dan Arsenal). Situasi ini membuktikan, trauma psikologis akibat performa musim lalu masih belum hilang.

Tetapi, situasi buruk itu tidak bertahan lama. Conte, lalu mencoba kembali ke pola khasnya; formasi tiga bek, dengan konsep pressing football. Lewat pola 3-4-3, ia lalu menambahkan beberapa variasi. Pertama, David Luiz dijadikan sebagai playmaker defender, seperti Leonardo Bonucci di Juventus, dan Italia. Kedua, menjadikan Victor Moses, yang aslinya adalah striker, sebagai wingback, seperti Dani Alves di Barcelona. Ketiga, memberikan ruang luas bagi Eden Hazard, dan Diego Costa untuk berimprovisasi. Terakhir, memberi peran Makelele”, kepada N’ Golo Kante, seperti saat masih di Leicester.

Hasilnya, Si Biru mampu mencetak tujuh kemenangan beruntun, termasuk menang 4-0 atas Manchester United, dan 3-1 atas Manchester City. Performa ini sukses mengantar mereka ke puncak klasemen sementara Liga Inggris. Situasi menjadi makin menguntungkan, karena mereka tidak bermain di Eropa musim ini, sehingga mereka bisa lebih bugar, daripada klub-klub peringkat enam besar lainnya. 

Apalagi, formasi tiga bek masih tergolong asing di Liga Inggris, Selain mereka, memang, ada Liverpool -juga absen di Eropa-, yang mampu menduduki peringkat tiga. Tetapi, Si Merah masih harus membuktikan diri, apalagi, setelah kalah 3-4 secara ceroboh, melawan Bournemouth, Minggu (4/12) silam.

Apa yang ditampilkan Conte bersama Chelsea musim ini, mirip dengan yang ditampilkannya di Juventus musim 2011/2012. Kala itu, Si Zebra, yang tidak lolos ke Eropa, mampu mengubah situasi buruk itu, menjadi sebuah keuntungan tersendiri. Hasilnya, mereka mampu menjuarai Liga Italia di akhir musim. Dominasi yang terus berlanjut hingga kini, di Italia. Apakah Si Biru mampu mewujudkan asa juara di akhir musim? Kita tunggu saja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline