Lihat ke Halaman Asli

Surat Terbuka untuk Ketiga Paslon Kepala DKI Jakarta

Diperbarui: 28 Desember 2016   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Surat terbuka untuk ketiga paslon kepala DKI Jakarta

Dengan hormat

Bersamaan dengan ini saya sebagai WNI dan warga Jakarta ingin memberikan kritik konstruktif dan masukkan bagi para ketiga paslon kepala DKI Jakarta dengan memberikan persepsi yang berimbang.

Saya akan memulai dari para paslon yang berani tampil dalam dalam debat terbuka di media.

  1. Sang incumbent, Pak Ahok secara spesifik. Anda genuine dan inovatif di satu sisi, namun sangat kekanak-kanakan di sisi lain. Anda sering berucap agar kami para pemilih mampu mendapatkan kandidat2 terbaik dari yang terbaik melalui konsep dan program yang diajukan, dan disaat kandidat lain mengusung konsep serupa maka anda mendiskreditkan mereka. Seperti tingkah anak kecil yang tidak suka mainannya diambil/dipegang oleh anak lain dan sangat posesif. Tidakkah anda senang dan bangga bila para paslon lainnya mengusung dan mencuri ide anda, sebab anda tahu bahwa konsep dan ide anda itu genuine milik anda dan bertujuan mulia? Seperti yang anda pernah bilang sendiri bahwa yang membedakan dari program2 anda dari program jiplakan mereka adalah bahwa anda hanya perlu berimprovisasi di program2 anda yang tengah berjalan, sementara mereka masih menjanjikan akan bekerja sesuai tingkat kecepatan anda. Jadi, anda tidak perlu kuatir menurut saya. Saya juga memiliki masukkan untuk Pak Ahok mengenai reformasi birokrasi. Saya teringat kutipan Jim Malone di film The untouchables: If you're afraid of getting a rotten apple, don't go to the barrel. Get it off the tree. Yang artinya “Bila kamu takut mendapatkan apel yang busuk, jangan ambil dari tong (tempat semua apel dikumpulkan sebelum dikirim ke pasar). Ambillah langsung dari pohonnya.” Hal ini sudah anda lakukan dengan mengedepankan rekrutmen2 baru yang masih polos dan saya (serta warga DKI lainnya) menaruh harapan besar bahwa birokrat2 baru akan BTP. Tapi dalam kenyataannya adalah birokrat2 baru ini tercampur dengan birokrat2 lama yang tidak diketahui tingkat kebusukannya. Saya menganjurkan taktik bumi hangus dan targetnya adalah semua PNS yang berusia 40+. Ini adalah ide yang sangat non populis dan saya dengan sadar menganjurkannya. Saya (serta warga DKI lainnya) menginginkan pelayanan yang BTP dan entah mengapa setelah mengikuti perkembangan politik DKI akhir2 ini saya pribadi tidak menaruh kepercayaan pada penerus2 anda dan Pak Djarot bila mereka menang. Saya teringat anda pernah mengangkat isu ini namun masa depan penuh ketidak pastian. Maka dari itu selama anda masih memiliki otoritas, anda mampu membebaskan kami dari future bureaucracy problems melalui manuver ini. Saya sungguh mengharapkan anda dan pasangan anda masih kembali ke kantor pasca gonjang ganjing kemelut yang terjadi akhir2 ini.
  2. Kepada sang penantang, Pak Anies dan pasangannya, dan Pak Anies secara khusus, saya ingin mengucapkan selamat. Anda telah sukses menjalani tahap pertama menjadi politisi. Awalnya saya mengira anda seputih kapas yang penuh dengan gagasan2. Sekarang anda mengetahui bahwa politik praktis sarat dengan kepentingan. Baiklah, saya perlu mengkritik metode kampanye anda yang terlalu hipokritis. Kampanye sebagai kata benda dan kata kerja atau campaign (noun) is a series of military operations intended to achieve a goal, confined to a particular area, or involving a specified type of fighting or (verb) to work in an organized and active way towards a goal. (google.com 2016). Dalam periode negara2 berperang dan revolusi, kampanye diasosiasikan dengan agresi. Kita (anda dan saya) tidak perlu berpura2 bahwa di dalam kampanye pilkada ini juga diperlukan agresi konsep dan ide (non-SARA), namun dimana agresi anda? Anda berusaha sibuk berkedok di balik sosok akademis anda dan mengesampingkan agresi terhadap ide dan konsep oposisi2 anda. Anda tidak bisa begitu terus menerus. Anda dan pasangan anda juga harus berusaha menunjukkan sikap ketegasan anda, hal itu hanya bisa ditunjukkan dalam agresi2 anda. Apakah anda pernah melihat bagaimana Jokowi ahok mengagresi foke nara dalam debat pilkada lalu? Agresi semacam itulah yang saya ingin lihat dari sosok terpelajar seperti anda. Bila anda perlu mencuri ide dan konsep incumbent, maka curilah. Selama hal itu menguntungkan kami warga DKI. Anda tidak hanya bisa bersifat defensive dengan program KJP+ harus penuh terobosan. Maka anjuran saya adalah, curilah ide mereka, dan jangan curi ide paslon 1, tidak mendidik. Anda tentu sadar bahwa paslon incumbent menganalogikan dirinya sebagai pekerja/karyawan yang ingin perpanjangan kontrak. Anda pun bisa menganalogikan diri anda sebagai pelamar kerja dalam argumentasi anda untuk meyakinkan undecided voters. Bila semua perusahaan menginginkan pelamar kerja yang berpengalaman, bagaimana dengan para fresh graduate yang tanpa/minim pengalaman memadai? “Maka berilah kami kesempatan untuk membuktikan bahwa bukan cuma mereka yang BTP, namun kami juga ASU” (hmm…, yaaah, anda dan tim kampanye anda bisa mencari sendiri dah akronim yang bagus).
  3. Saya merasa perlu memberikan kritik konstruktif kepada pak Ahok dan pak Anies untuk menciptakan medan kampanye yang berimbang sebab anda berdua mengingatkan anda pada 2 orang perdana menteri di era tiga kerajaan di Tiongkok abad ke-3, Zhuge Liang dan Sima Yi. Saling berusaha mendominasi satu dari yang lainnya, namun disaat Zhuge Liang mangkat, Sima Yi pun masih tetap menghormatinya dan mengakuinya sebagai lawan yang sepadan dengannya.
  4. Bagi pasangan nomor 1, pak Agus atau mas Agus, saya ingin mengetahui bagaimana kondisi pencernaan anda. Saya harap anda tidak mengalami gejala maag karena terlalu banyak minum kopi di acara Mata Najwa karena kopi bisa memicu asam lambung yang berlebihan. Saya memahami bahwa blusukan menguras energi dan emosi, maka dari itu saya berharap anda mampu untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dengan rutin sehingga tidak perlu menggaruk2 kepala saat mengelaborasi program. Sebagai mantan perwira militer, tentunya anda terlatih memiliki kestabilan emosi yang tinggi agar tidak mampu terprovokasi oposisi dan kiranya surat terbuka saya yang penuh dengan majas sarkasme dan sinisme dipandang sebagai kritik yang membangun sebab saya pun memiliki masukan yang berarti bagi anda. Sebagai target peraihan suara, saya menilai anda tidak cakap! Anda memiliki banyak pekerjaan rumah daripada harus mensosialisasikan program 1 miliar anda. Biarkan pasangan anda fokus di lapangan mensosialisasikannya dan anda tetap di dalam rumah mengasah diri anda. Sebab semua pasang mata akan tertuju ke anda dengan gagasan dan bagaimana anda mendetailkan program anda dan bukan pada nominal 1 miliar yang masih tinggi di awang2. Habiskan minimal 1 bulan ke depan untuk mempelajari hasil rapat pemda DKI yang telah diupload di YouTube. Bagaimana pimpinan rapat memimpin rapat, apa saja yang perlu dikritisi dalam rapat, ketegasan apa saja yang harus diambil. Jangan menjadi anak TK yang mendapat pertanyaan SMA, sangat penuh cita2 dan imajinasi. Bila anda hanya mengandalkan program 1 miliar, apalagi program2 unggulan anda? Apakah anda akan menghabiskan 1 periode kegubernuran anda (bila terpilih) hanya untuk memergubkan program 1 miliar? Dan setelah pergub 1 miliar anda gol, apakah anda hanya akan duduk di belakang meja sambil memegang tongkat komando gubernur dan kemudian foto kewibawaan anda akan dibingkai di tembok balai kota? Tentu saja tidak. Maka dari itu, jangan kecewakan kami para pendulang suara anda dengan hanya mempromosikan program 1 miliar. Jujurlah pada diri anda, mas Agus, tanpa adanya gonjang ganjing yang menerpa incumbent saat ini, mampukah anda bersaing? Saya mohon maaf bila terlalu lancang namun saya menganalisa tanpa adanya gonjang ganjing politik DKI saat ini,  anda tidak lain hanya sebagai pelengkap pesta demokrasi. Saya mengharapkan yang lebih dari anda dalam pengertian yang positif. Jangan hanya memperkaya materi, namun anda harus memperkaya wawasan. PR menumpuk!

Atas perhatian dan kerjasama para bapak2 dan ibu semua, saya ucapkan terima kasih.

Tertanda,

Yoseph Marius K

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline