Lihat ke Halaman Asli

Yosh Widyawan

🇮🇩

Mudik, Cukup Nostalgia Dulu Saja

Diperbarui: 24 Mei 2020   09:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi:kompas.com

Setiap tahun, kegiatan mudik menjadi hal rutin dan wajib bagi keluarga kami. Mudik ke rumah Mertua, menempuh perjalanan dari Salatiga menuju Rembang. Dengan jarak tempuh perjalanan sekitar 172 km  dan menikmati berkendara santai selama 4 jam.

Situasi pandemi ini, terpaksa membuat kami harus menahan rindu untuk bersilaturahmi Lebaran. Hanya bisa  membayangkan kemeriahan Lebaran tahun-tahun lalu ketika masih bisa berkumpul bersama orang tua dan saudara-saudara.

Apalagi, pemerintah menghapus cuti bersama tanggal 22 Mei yang sebelumnya masuk dalam cuti bersama Hari Raya Idul Fitri. Saya pun sudah semestinya mengikuti himbauan-himbauan pemerintah demi keamanan bersama terkait wabah Corona.

Kegembiraan melepas kangen dan saling bercerita bersama saudara-saudara yang selama ini terpisah jarak, mewarnai kebersamaan. Suasana ini seakan mengingatkan semua, bahwa rindu semakin menggebu, seiiring lamanya waktu tak bertemu. Rasa rindu ini saya tuangkan dalam puisi, disini.

Saya kira , semua kini banyak yang harus menahan diri untuk mudik bertemu sanak keluarga yang jauh di sana. Tak ada salahnya mengingat kembali kenangan untuk mengobati kerinduan. Dengan mengingat hal-hal yang lucu, mengesankan atau mungkin menggelikan.

Melepas ketegangan dengan nostalgia, sekedar mengingat hal-hal seru, lucu dan menyenangkan yang pernah dialami. Lumayan bisa "senyam-senyum" sendiri.. hehe..

Beberapa hari kemarin kebetulan saya kembali bertemu dengan beberapa Teman lama di media sosial. Dari Teman SD hingga Teman-teman semasa kuliah. Spontan saja ada keinginan mengumpulkan mereka dalam group percakapan media sosial. Ada kenangan yang kembali diungkapkan dalam percakapan, sampai ada pertanyaan kapan bisa bertemu atau berkumpul kembali. Harapan-harapan itu juga saya tuliskan dalam puisi, klik disini.

Ada hal lain lagi yang masih membuat saya tersenyum, ketika mengingat mudik. Justru pengalaman sewaktu ada di perjalanan mudik yang sering terbayang.

Kita semua tahu kan betapa ramainya jalan, jika sudah saatnya mudik tiap tahunnya. Di berbagai media pasti penuh dengan liputan khusus seputar info mudik. Keramaian dan kemacetan sudah pasti ada meski sudah diupayakan pemerintah , dengan berbagai macam cara untuk mengurainya.

Di media sosial tahun lalu banyak guyonan dan sindiran-sindiran seputar mudik. Salah satunya pemudik yang pulang mudik membawa sekaleng biskuit "Khong Guan" dan pulang kembali dari mudik membawa sekarung beras. Guyonan ini ternyata mengena, karena saya pun juga sering pulang kembali dari mudik membawa sekarung beras. Hahaha,,, jadi malu.. :D

Memang kebetulan di rumah Mertua selalu berkelimpahan beras dan sering kali kami yang diwajibkan membawa. Ya sudahlah, itu rejeki dari Tuhan melalui Orang tua. Tidak baik kalau menolaknya.. hiks,,hiks.. :)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline