Suatu saat, Robusta dan Arabika Ā saling bertemu dan duduk bersama.
Robusta dan Arabika adalah dedengkot Ā jenis kopi yang selama ini saling berseteru. Di antara mereka sudah lama tercium aroma persaingan.
Robusta memiliki Ā kehebatan lebih mudah ditanam, lebih banyak kafein dan agak pahit. Banyak disukai warga pecinta kopi karena harga terjangkau.
Sedangkan Arabika, kadar kafein lebih rendah dari Robusta, rasanya ada manis-manisnya gitu namun harga lebih mahal, karena agak sulit ditanam. Kopi ini juga yang sering dicari warga pecinta kopi karena rasanya yang unik.
Kali ini keduanya mengalami derita dan terpaksa berunding bersama mengabaikan perbedaan. Karena mereka mengalami persoalan yang sama yaitu menghadapi "wabah Dalgona" dan akibatnya perlahan-lahan mulai kehilangan pencintanya.
Tempat-tempat berkumpul warga pecinta kopi Robusta dan Arabika, seperti cafe-cafe, warkop dan kedai kopi kini keadaannya mulai sepi. Para warga pecinta kopi mulai jarang keluar rumah dan beralih pada minuman Dalgona yang berasal dari Korea Selatan ini.
Robusta dan Arabika merasa, warga pecinta kopi sekarang telah kehilangan kemurnian rasa. Sepertinya banyak yang sudah hanyut dalam manisnya gula hingga minuman instan "sachetan" sebagai bahannya, yang berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Robusta dan Arabika menduga, Dalgona pasti menggunakan senjata kimia... Eh,,, bahan kimia. Hahaha.. :D
Setelah berunding, akhirnya Robusta dan Arabika menghasilkan kesepakatan bersama demi "meleknya" warga pecinta kopi dengan menjaga rasa kopi yang murni. Mereka bersama berjuang mengkampanyekan "Anti bahan kimia" dan kembali kepada segala sesuatu yang alami.
Bahkan memulai gerakan baru di awal penanaman kopi, termasuk tidak menggunakan pupuk kimia. Mereka sepakat dengan gerakan menggunakan pupuk kompos dari dedaunan sebagai makanan tanaman kopi dan mereka memberi nama Gerakan "Lauk daun". Hehehe.. :D
Sekian, Salam Hangat Coffeiksiana.
Sehabis Ngopi, 25 April 2020