Lihat ke Halaman Asli

Jurnalisme Online: Cepat Belum Tentu Tepat

Diperbarui: 8 Oktober 2018   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Jurnalisme online berkembang sesuai majunya teknologi informasi. Semua informasi yang disebarkan tidak lagi hanya melalui koran atau media cetak lainnya namun sudah beralih ke internet sehingga muncullah jurnalisme baru yang dinamakan jurnalisme online

Jurnalisme Online biasa diartikan sebagai jurnalistik yang bermunculan di media online sebagai salah satu bentuk dari media baru. Menurut Asep Syamsul yang merupakan penulis buku Jurnalistik Online pertama di Indonesia mengartikan jurnalistik online sebagai sebuah "proses pengumpulan, penulisan, penyuntingan dan penyebarluasan berita secara online di internet." Tipe baru jurnalistik ( jurnalisme online) ini biasa disebut dengan 'contextualized journalism' karena journalism online ini mengintegrasikan tiga fitur komunikasi menjadi satu yaitu multimedia, interaktif dan hipertekstual (Santana, 2005:137 dalam Juditha, 2013 : 147)

Sistem kerja jurnalisme online hampir sama dengan jurnalisme konvensional, perbedaannya terletak pada penyebaran informasinya dan beberapa karakteristik jurnalisme online dengan jurnalisme konvensional. Jurnalisme online menyebarkan informasi lewat internet baik di web atau pun di media sosial.

Ada beberapa karakteristik jurnalisme online menurut Mike Ward (Juditha, 2013 : 147) :

  • Immediacy, adanya kesegeraan atau kecepatan penyampaian informasi yang lebih cepat dibanding dengan jurnalisme konvensional yang harus melewati beberapa tahap dalam penyebaran berita. Sedangkan jurnalisme online, langsung dapat menyebarkan informasi yang didapat tanpa melalui beberapa tahap yang ada.
  • Multiple Pagination, dalam penyebaran informasi dapat disebarkan dalam 1 halaman saja namun dapat dibuat dalam ratusan halaman yang saling terkait satu sama lain tapi juga dapat dibuka terpisah.
  • Multimedia, informasi yang diberikan oleh jurnalisme online tidak hanya berbentuk tulisan namun juga gabungan antara informasi dalam bentuk gambar, audio, video dan grafis sekaligus. Informasi yang beragam ini dapat akan menambah kekayaan informasi bagi pembaca.
  • Archieving, karena memanfaatkan internet maka informasi yang telah disebarkan terarsip dan dapat dikelompokkan berdasarkan kategori. Seperti halnya bila pembaca sedang mencari suatu informasi di internet, hanya mengetik kata kunci maka akan tersedia beberapa informasi terkait yang dituju.
  • Relationship with Reader, sebuah halaman informasi selalu disediakan kolom komentar agar pembaca dapat menyampaikan komentar atau berinteraksi langsung dengan penulis.

Menurut Paul Bradshaw dalam buku "Basic Principal of Online Journalism" (Sukmawati,2017) ada lima prinsip dasar yaitu :

  • Brevity (Ringkas), informasi yang dimuat jangan bertele-tele langsung pada inti informasi yang akan disampaikan sehingga isi tulisan mudah dipahami oleh pembaca.
  • Adaptability (Mampu Beradaptasi), jurnalisme online harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih setiap harinya. Metode pemberian informasi pada masyarakat pun tidak selalu terkait dengan tulisan namun dapat berupa video, foto dan lainnya.
  • Scannability (Mampu Dipindai), tulisan yang dibuat oleh jurnalisme online harus membantu pembaca dalam menemukan informasi yang diinginkan dengan mudah. Pembaca akan langsung pada inti tulisan untuk mendapatkan informasi yang dituju.
  • Interactivity (Interakif), menyuguhkan tampilan situs yang menarik dan terbaru.
  • Community and Conversation, menjadikan pembaca lebih aktif dalam menerima informasi online.

Jurnalisme online dituntut untuk memberikan informasi secara cepat atau realtime terutama untuk beberapa informasi penting yang harus diketahui saat itu juga. kecepatan informasi yang beredar terkadang sering dipertanyakan keberannya, bisa dibilang informasi yang tersebar hanya berdasar isu yang tidak jelas sumbernya. Hal ini dapat terjadi karena informasi yang dikeluarkan oleh jurnalisme online bersifat real time dan terkadang bebas dari gate keeping.

Selain dituntut untuk terus berkembang, pada prakteknya jurnalisme online di Indonesia masih punya kekurangan seperti penulisan teks yang baik, efisien, terverifikasi dan sesuai piramida terbalik dimana semua itu merupakan kompetensi dasar menjadi jurnalisme (Wendratama, 2017)

Jurnalisme online dalam mengejar aktualitas berita atau menyebarkan informasi saat itu juga (real time) terkadang mengesampingan kewajiban verifikasi kebenaran beritanya(Jurnal Dewan Pers, Edisi No.6, hal v, pada Juditha, 2013) seperti halnya berita akan dibangunnya Disneyland di Boyolali.

Pada bulan April 2017 , tersebar berita akan didirikan Disneyland di Boyolali. Disneyland yang merupakan taman rekreasi milik Disney , salah satu produser film dalam bidang animasi yang juga bergerak dalam desain taman bermain. Disneyland didirikan pertama kali di Los Angeles dan berkembang kebeberapa negara di dunia.

Indonesia dihebohkan dengan kabar yang mengatakan Disneyland akan berdiri di Boyolali, Jawa Tengah. Dikatakan oleh Ajudan Bupati Boyolali , Aan Adi Prasetyo bahwa adanya rencana pembangunan Disneyland di Boyolali dan sudah ada pembebasan lahan sebesar 15 persen dan akan melakukan peletakan batu pertama sekitar bulan September 2017.

Berita pembangunan Disneyland ini ramai diberitakan sejumlah media lokal di Indonesia. setelah sekian lama berita pembangunan Disneyland di Boyolali ini dibantah oleh pihak The Walt Disnet Company Asia Tenggara. Pihak The Walt Disney Company Asia Tenggara mengklaim bahwa Indonesia merupakan salah satu pasar prioritas perusahaannya namun pihaknya membantah untuk membuka Disneyland di Boyolali, Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline