Gelaran Indonesia Community Day (ICD) 2017 di Jogja sudah berakhir. Namun, keseruan dan makna pertemuan komunitas Nasional pada Sabtu (13/5) lalu masih terasa hingga kini. Meskipun saya hanya bisa hadir pada pukul 13.30 hingga 21.30, karena paginya harus “ngantor” dulu, namun banyak kesan yang saya peroleh. Yang rasanya sayang kalau hanya disimpan dalam hati. Baiknya saya tulis dan sebar.
Selamat dan Terimakasih Untuk Kompasiana
Pertama, selamat untuk Kompasiana, seluruh tim penyelenggara dan sponsor yang sukses menggelar ICD Jogja. Sukses mendatangkan komunitas dari berbagai daerah. Sukses “mendatangkan” teman-teman Kompasianer Palembang (KOMPAL), seperti Bang Dues Arbain, Dokter Posma, Bu Elly Suryani dan lainnya. Yang tak kalah penting adalah pempek bawaan Mereka,hehehe. Lumayan untuk mengobati rindu saya pada kampung halaman. Mokasih Bu Elly dan kanco-kanco Kompal lainnyo.
Kompasiana juga sukses “menarik” Mbak Wily Wijaya yang datang dari Medan. Meskipun katanya Beliau sekalian ada acara di Solo, Namun niat untuk menghadiri ICD Jogja layak mendapat apresiasi. Ide memboyong Kompasiner Jakarta dan sekitarnya dalam satu bis, terbukti ampuh meramaikan ICD Jogja. Terutama rombongan KPK dan Koplak Yo Band dari Jakarta, yang berhasil menggaet “Koplakers” lokal.
Bahkan, Om Nanang Diyanto rela menembus dinginnya udara subuh, dengan berkendara sepeda motor dari Ponorogo ke Jogja hanya untuk menghadiri ICD. Beliau tampaknya tak ingin ketinggalan keseruan berkumpul dengan anggota komunitas Planet Kenthir lainnya, seperti Bu Marla Suryani, Mbak Selsa, Pak Dokter Posma, Pak Guru Bain Saptaman dan lainnya. Koplak Yo Band dan Planet Kenthir gabung, yo mesti rame! hakakaka….
Event ICD Jogja adalah event Kompasiana terbesar yang pertama kali saya ikuti. Saya pribadi mengucapkan terimakasih pada Kompasiana dan panitia lain berhasil telah memberikan wadah untuk bertemu dengan kompasianer. Sebuah kebahagiaan bisa bertemu langsung dengan Kompasianer, yang sebelumnya hanya berinteraksi lewat Kompasiana dan media sosial. Bertemu dengan Bang Dues Arbain, penulis sastra yang telah melahirkan banyak buku. Saya baru tau, ternyata, Kami berasal dari kecamatan yang sama di Sumatera Selatan. Juga bertemu langsung dengan Kompasianer Kocak, Pak Bain Saptaman, yang juga Wong Kito Galo.
Saya berkesempatan ngobrol dengan Bang Zulfikar Akbar, serta mendapat ilmu menulis cepat dan pendek dari Beliau. Melalui Wawacanda oleh Mbak Yayat di boot K-Jog, akhirnya saya tau bahwa Nyonya Vale tersebut tak kalah gesit dengan sepeda motor YZR-M1 milik Valentino Rossi. Suaranya tak kalah ramai dengan suara saat balapan Moto-GP,hakakakaa… Bertemu dengan banyak kompasianer adalah kesempatan yang sangat berharga. Terimakasih Kompasiana,
Keseruan Menghidupkan Benda Mati Bareng Papermoon Puppet Theater
Tak hanya Koplak Yo Band dan Planet Kenthir“memecahkan” suasana ICD Sabtu kemarin. Di panggung utama Plaza Ngasem, Papermoon Puppet Theater berhasil menarik perhatian pengunjung dengan teknik “menghidupkan” kertas.
Kertas adalah benda mati yang kerap digunakan sebagai latas tulisan. Namun, melalui tangan kreatif dan ide imajinatif dari Papermoon Puppet Theater, kertas bisa “hidup” dan “menghidupkan”. Hidup berkat sentuhan karakter pada kertas tersebut, misalnya karakter manusia, hewan atau tumbuhan. Karakter yang Papermoon Puppet Theater berikan pada kertas tersebut, nyatanya bisa menghidupkan suasana panggung utama ICD Jogja ini. Puluhan pengunjung tampak gembira menyaksikan kertas-kertas yanghidup dengna karakter beragam.
Satu pelajaran berharga yang bisa saya petik dari pertunjukkan Papermoon Puppet Theater ini adalah segala sesuatu memiliki daya tarik dan “kehidupannya” masing-masing. Selembar kertas pun jika dibentuk dengan kreatifitas dan imajinasi, akan menjadi sesuatu yang hidup dan menarik untuk ditampilkan. Jika ingin kehidupan ini menjadi lebih hidup, maka hidupkanlah lingkungan sekitar.