Lihat ke Halaman Asli

Yosep Efendi

TERVERIFIKASI

Penikmat Otomotif

Sri Sultan Hamengku Buwono X Mengakui Eksistensi Netizen

Diperbarui: 27 Maret 2017   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sri Sultan HB X, GKR Hayu, perwakilan dinas Pemda DIY dan Masyarakat Digital Jogja (Masdjo) | Foto: FB HUmas Pemda DIY

Senin (20/3) lalu, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengundang sebagian netizen untuk berdialog. Dialog yang berlangsung di Bangsal Kepatihan itu dihadiri netizen perwakilan dari berbagai komunitas, seperti Kompasianer, Kaskuser, admin komunitas media sosial dan sebagainya. Netizen tersebut tergabung dalam komunitas Masyarakat Digital Jogja (MASDJO).

Eksistensi Netizen Dalam Membantu Program Pemerintah

Mengapa Sri Sultan HB X, Selaku Gubernur DI Yogyakarta, merasa perlu mengundang Netizen atau Masjo? Ini petanyaan yang sempat mampir dalam pikiran saya, ketika mendapat kesempatan berdialog dengan Beliau. Pertanyaan ini terjawab di Bangsal Kepatihan Yogyakarta.

Di bawah sinaran lampu gantung klasik yang tampak elegan, Beliau mengungkapkan bahwa “Yang hadir di sini (netizen), sudah bisa menghadirken harapan baru bagi humas DIY”. Hal itu mengisyaratkan bahwa netizen dapat berperan sebagai perpanjangan tangan Pemda DIY, utamanya Humas. “Dimana Kami berharap humas ini dapat berfungsi dalam penggunaan IT” imbuh Beliau. Bahasa sederhananya, meskipun berkecimpung di dunia maya, netizen itu ada dan berperan nyata.

Bukan hanya menyebarkan informasi, netizen bahkan bisa membantu program pemerintah. Itulah yang  mendasari dialog Gubernur DIY dan Netizen ini, yaitu membantu pemda DIY dalam membangun Digital Government Service (DGS) dan mewujudkan Jogja Cyber Province (JCP). Program tersebut intinya adalah pemanfaatan teknologi informasi untuk berbagai layanan publik di Yogyakarta. Tujuannya adalah sistem layanan publik yang lebih efektif dan efisien.

Cita-Cita dan Kendala Digital Government Service

Blueprint DGS ini sebenarnya telah dirancang sejak tahun 2006 dan telah mendapat respon positif dari Microsoft, yaitu berupa bantuan komputer. Sebagai langkah awal penerapan DGS, pemerintah daerah DIY telah membekali berbagai dinas dengan komputer. Selain itu, yang diutamakan adalah pada aspek pendidikan, dengan cara membekali dengan komputer. Harapannya agar siswa melek teknologi informasi.

Sri Sultan HB X Menjelaskan Program DGS | Foto: Dok.Pri)

Digital Government Service (DGS) tidak sekedar (pemeritahan) Kota, tetapi bagaimana masayarakat publik ini bisa mendapat informasi dan menanyakan segala sesuatu yang mungkin akan dipertanyakan pada SKPD” Ungkap Sri Sultan HB X. Artinya, DGS ini harapannya akan menjadi media yang mempu memfasilitasi komunikasi 2 arah antara pemerintah daerah dan masyarakat, terkait pelayanan, saran, kritik dan saran.

Namun, program digitalisasi ini terkendala masalah birokrasi.  “Kami tidak mungkin punya programmar dan operator yang tetap”  ungkap Sultan. “Pegawai di daerah kalau naik pangkat tidak boleh 2 kali di dalam 1 institusi, berarti di zig-zag” tambah Beliau.

Kondisi tersebut membuat suatu intitusi “kehilangan” pakar IT, saat pakar IT tersebut akan naik pangkat. Akhirnya, intitusi akan kesulitan memiliki pegawai  yang benar-benar bisa membangun DGS yang terstruktur dan berkelanjutan. Solusi masalah tersebut adalah dengan merekrut pegawai kontrak, untuk mengisi kekosongan-kekosongan di SKPD.

Gubernur DIY: Netizen sanggup tidak bekerjasama mendesain DGS?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline