Lihat ke Halaman Asli

Yosep Efendi

TERVERIFIKASI

Penikmat Otomotif

Rencanakan “Warisan” Terbaik Untuk Anak

Diperbarui: 12 Agustus 2016   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses Belajar Mengajar di salah satu SMP di Kabupaten Ketapang, kalimantan Barat (foto dok. pribadi)

Saat ini, usia anak saya memang belum genap 2 tahun. Tetapi, perencanaan kebutuhan masa depannya sudah sejak lama saya pikirkan dan rancang. Kebutuhan masa depan yang bisa dibilang “maha” penting adalah kebutuhan pendidikan, seperti pendidikan agama, karakter, hingga pendidikan formal. Dari beberapa pendidikan penting itu, satu yang butuh perencanaan matang adalah pendidikan formal, yaitu sekolah. Pasalnya, pendidikan formal membutuhkan biaya yang tak sedikit dan nominalnya cenderung terus meningkat.

Kaget Sekarang atau Nanti?

Saya dan istri berencana memberikan pendidikan usia dini untuk anak Kami, dalam waktu dekat. Untuk itu, saya melakukan survey ke beberapa Playgroup atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau sejenisnya di daerah tempat kami tinggal yaitu Yogyakarta dan Klaten. Hasil survey cukup membuat saya tercengang. Ternyata biaya di Playgroup atau PAUD cukup mahal. Ini kesimpulan saya, mungkin bagi orang lain, harga tersebut tidak mahal. Relatif.

Kemudian survey pun saya lanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar (SD), dengan mendatangi beberapa SD daerah sekitar Kami. Hasil survey tak jauh berbeda dengan survey sebelumnya di Playgroup atau PAUD, yaitu biayanya mahal. Sekali lagi, ini mahal menurut saya, mungkin tidak bagi orang lain. Untuk “mahalnya” biaya SD, sebenarnya saya tidak terlalu kaget dan heran. Sebab, saya pernah menanyakan hal itu ke rekan kerja yang memiliki anak yang sedang mengenyam pendidikan di SD. Tetapi saya merasa perlu survey langsung untuk memastikannya. 

Meskipun sempat kaget dengan biaya Playgroup dan SD, tetapi saya masih sempat bersyukur. Sebab, saya mengetahuinya sejak dini. Ini tentu memberikan saya waktu lebih untuk menyiapkan pendidikan untuk anak. Lebih baik “kagetnya” sekarang daripada nanti-nanti.

Pendidikan Adalah Prioritas

Meskipun biaya pendidikan formal relatif mahal, tetapi pendidikan harus diprioritaskan. Sebab  proses pendidikan akan menumbuh-kembangkan potensi diri anak yang berguna untuk pertumbuhan dan masa depannya kelak. Benjamin S. Bloom, seorang pakar pendidikan yang sangat terkenal, menekankan bahwa pendidikan akan bermanfaat untuk menumbuh-kembangkan sikap/perilaku (Affective), pengetahuan/intelektual (Cognitive) dan Keterampilan (Psychomotor). Ketiga aspek tersebut sangat dibutuhkan manusia dalam menjalani hidupnya, apalagi untuk anak-anak yang sedang tumbuh.

Ranah sikap/perilaku (Affective) jelas bermanfaat untuk membentuk anak atau peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter mulia. Sedangkan pengetahuan/intelektual (Cognitive) dan Keterampilan (Psychomotor)  berguna sebagai bekal “Life Skills” untuk membangun kemandirian anak dimasa yang akan datang. Itulah pentingnya pendidikan untuk anak dan masa depannya. Terlebih, anak adalah aset Bangsa yang nantinya berperan dalam mengisi kemerdekaan dan menjaga kedaulatan Bangsa diberbagai aspek. Apa jadinya jika mereka tidak mendapat pendidikan yang layak? Sulit dibayangkan.

Mungkin semua akan sepakat bahwa orangtua adalah pendidik utama bagi anak. Namun, peran itu biasanya hanya dominan pada ranah sikap/perilaku (Affective). Orangtua butuh pihak lain untuk menguatkan pendidikan dengan melengkapi komponen pengetahuan/intelektual (Cognitive) dan Keterampilan (Psychomotor) untuk anak.

Pihak yang memiliki peran strategis untuk itu adalah lembaga pendidikan atau sekolah. Kembali ke pokok awal, untuk mengenyam pendidikan di sekolah, butuh biaya. Seperti iuran rutin bulanan/semester, kebutuhan pakaian dan alat tulis, yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Kesimpulan sederhananya, pembiayaan pendidikan adalah prioritas.

Saya bisa merasakan nikmatnya Pendidikan Tinggi, hingga jenjang Magister karena orangtua saya menempatkan pendidikan pada prioritas utama. Orangtua saya adalah petani. Berawal dari bertani sayur dan buah, seperti Terong, Tomat, Cabai, Semangka, Karet Alam dan lain-lain. Hasil panen sayuran dan buah itu selalu ditabung di Bank. Dahulu saya sering diajak Bapak menabung di Bank. Berboncengan mengendarai sepeda, menuju Bank yang jaraknya sekitar 3 Km dari rumah. Saya ingat betul, alasan Bapak menabung di Bank adalah agar uangnya aman, untuk masa depan Kami anak-anaknya. Terutama masa depan pendidikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline