Lihat ke Halaman Asli

Yosep Efendi

TERVERIFIKASI

Penikmat Otomotif

Akhirnya, Jonan Meminta Maaf

Diperbarui: 18 November 2015   12:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menhub, Ignasius Jonan (Sumber: tempo.co)"][/caption]

Pagi ini, saya cukup kaget melihat berita di Kompas.com, perihal permintaan maaf MenHub, Ignasius Jonan, atas somasi yang dilayangkan bos besar Lion Group, Rusdi Kirana. Biasanya, Jonan terkenal “garang”!. Sehingga, permintaan maafnya menjadi sesuatu yang istimewa. Apa yang membuat Jonan melunak?

(pada kesempatan ini, penulis hanya akan mengulas metode, bukan konten pembangunan bandaranya).

Bermula dari penyataannya di media beberapa waktu lalu, terkait izin pembangunan bandara baru di Lebak yang diprakarsai Lion Group dan mitra. MenHub “menolak” izin pembangunan bandara tersebut. Alasannya, jika bandara baru dibangun, maka Bandara Budiarto yang selama ini dimanfaatkan untuk latihan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI), harus ditutup karena masalah ruang udara.

Hal itu berdasarkan kajian dari AirNav Indonesia. Selain itu, pada pernyataan lain, -yang sering menjadi gaya khas MenHub,- adalah jika Rusdi Kirana menjadi MenHub, dan ingin menutup Bandara Budiarto, hal itu bisa saja dilakukan. Pernyataan itu mengundang reaksi keras dari Rusdi Kirana, baik sebagai bos Lion Group, maupun secara pribadi. Sang Bos Lion Group, yang juga anggota WanTimPres itu merasa tersinggung, dan berencana melayangkan somasi.

Mencium aroma rencana somasi yang kuat, pihak Kementerian Perhubungan, melalui staf MenHub bidang Keterbukaan Informasi Publik, Hadi M Djuraid, berusaha mendinginkan suasana dengan memberikan penegasan maksud pernyataan Pak Jonan. Katanya, MenHub tidak pernah mengatakan Rusdi Kirana mau menutup Bandara Budiarto, dan kedua pernyataan Menhub tidak bermaksud mendiskreditkan pihak manapun, termasuk Pak Rusdi Kirana.

Tapi, apapun yang dikatakan staf MenHub tersebut, pernyataan Jonan sudah jelas mengarah ke Lion Group dan Rusdi Kirana. Tak ada ruang untuk mengelak. Somasi pun dilayangkang. Permintaan maaf pun keluar melalui surat Menteri Perhubungan Nomor 002/SMS/HAH/XI/15. Dari kejadian ini ada beberapa hal yang menarik untuk dicermati, antara lain:

1. Perbedaan hasil kajian ruang udara antara pihak KeMenHub (AirNav Indonesia) dan Kajian Lion Group.

Kemenhub, berdasarkan hasil kajian AirNav Indonesia, menolak izin pembangunan bandara baru di Lebak karena khawatir keberadaanya akan menggusur ruang udara Bandara Budiarto, -bandara tempat latihan STPI, sekolah yang telah banyak mencetak penerbang. Sehingga, jika ingin tetap mempertahankan aset negara Bandara Budiarto dan STPI, maka bandara baru tidak boleh di bangun. Sedangkan pihak Lion Group berpendapat bahwa pembangunan bandara baru tidak serta merta langsung menguasai ruang udara dan menggusur keberadaan Bandara Budiarto.

Kedua bandara bisa bekerja sama dalam memanfaatkan ruang udara. Berbagi ruang udara seperti itu memang banyak terjadi di bandara di Indonesia. Seharusnya, Mereka (Kemenhub, AirNav dan Lion Group) duduk bersama mengkaji ruang udara di Lebak. Jika memang sama-sama untuk kepentingan membangun transportasi dan ekonomi bangsa, maka duduk bersama bukan hal yang mustahil.

2. Logika dan kesimpulan Lompat-nya Jonan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline