Lihat ke Halaman Asli

Yosep Cahyo Ardi

SMA Negeri 2 Magelang

Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Pembelajaran Project Based Learning

Diperbarui: 9 Desember 2022   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Belajar juga menjadi kebutuhan dan kewajiban bagi setiap orang. Kehidupan seseorang tak lepas dengan kegiatan belajar. Proses belajar sudah dilakukan sejak kecil, di mana anak kecil mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan memulai belajar banyak hal. Semakin dewasa seseorang, kebutuhan belajar dan kemampuan belajar pun juga akan semakin meningkat.

Era perkembangan zaman dan globalisasi memberi dampak cukup luas dalam berbagai aspek kehidupan termasuk tuntutan dalam pendidikan. Salah satu tantangan nyata dalam dunia pendidikan era modern adalah bahwa pendidikan hendaknya mampu menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi utuh yang kita kenal dengan kecakapan abad 21. Setidaknya ada 4 (empat) kecakapan yang harus kita miliki untuk menghadapi tantangan zaman abad 21. Kecakapan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis, komunikatif, kreatif, dan kolaboratif.  Keempat kecakapan ini dapat kita kembangkan melalui pembelajaran di sekolah. Pembelajaran setidaknya harus dapat memfasilitasi setiap peserta didik untuk dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya termasuk dalam pengembangan keterampilan abad 21.

Setiap peserta didik memiliki keunikannya masing-masing. Pribadi yang satu berbeda dengan pribadi yang lain dan memiliki bakatnya masing-masing. Kreatifitas setiap peserta didik pun juga beraneka ragam sesuai dengan karakteristik setiap peserta didik. Sesuai dengan pengertiannya menurut Harriman (2017:120) berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha menciptakan gagasan yang baru. Berpikir kreatif merupakan serangkaian proses dalam memahami masalah, mengidentifikasi masalah, mencari solusi inovatif, dan pada akhirnya melaksanakan aksi untuk menyelesaikan masalah. Kreatifitas menjadi salah satu kecakapan abad 21 yang sangat dibutuhkan pada saat ini. Dengan memiliki kemampuan berpikir kreatif kita dapat membuat hal-hal baru yang bisa memberikan perubahan positif.

Upaya peningkatan kreatifitas peserta didik dalam pembelajaran saat ini masih dirasa kurang. Hal ini ditunjukkan dengan pendidik yang belum memaksimalkan proses pembelajarannya untuk lebih berfokus pada peserta didik. Pengalaman penulis, praktik pembelajaran saat ini masih banyak yang menerapkan pembelajaran konvensional daripada inovatif dan belum mengedepankan keaktifan peserta didik. Praktik pembelajaran semacam ini belum dapat memberikan ruang yang lebih banyak untuk tumbuh secara aktif dan kreatif bagi peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, secara umum peserta didik belum memiliki kreatifitas yang memadahi. Hal ini dapat dilihat melalui pembelajaran Matematika dimana peserta didik mengalami kesulitan saat menyelesaikan permasalahan kontekstual Trigonometri.

Upaya yang penulis lakukan untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik khususnya pada mata pelajaran Matematika adalah dengan penerapan model pembelajaran Project Based Learning. Dengan pembelajaran Project Based Learning diharapkan diakhir penelitian dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan akhirnya mengembangkan kratifitasnya masing-masing.

Langkah pembelajaran yang penulis lakukan untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik diawali dengan pembuatan perencanaan aksi sesuai dengan sintaks pembelajaran. Perangkat dibuat disesuaikan dengan kondisi sekolah agar dapat dilaksanakan dengan optimal. Sedangkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah (a) penentuan pertanyaan mendasar, pada langkah ini peserta didik mengamati contoh gambar yang disajikan berupa gambar tiang bendera yang terdapat di lapangan upacara sekolah. Peserta didik menanya dan menanggapi permasalahan yang diberikan oleh pendidik terkait bagaimana mengukur tinggi tiang bendera. (b) mendesain perencanaan proyek. Peserta didik secara berkelompok yang beranggotakan 3-4 orang merencanakan pembuatan proyek untuk mengukur tinggi tiang bendera. Pelaksanaan pengukuran tinggi tiang bendera dilakukan dengan menggunakan bantuan alat peraga klinometer yang telah dibuatnya pada pertemuan sebelumnya. Peserta didik membagi tugas kerja sesuai dengan kelompoknya masing-masing. (c) Menyusun jadwal, siswa menyusun dan membagi waktu sehingga kegiatan proyek dapat selesai pada waktunya. (d) Memonitoring peserta didik dan kemajuan proyek, pada langkah ini peserta didik mendiskusikan terkait dengan proyek yang dikerjakan yaitu mengukur tinggi tiang bendera. Secara bersama-sama dalam kelompok peserta didik membuat produk berupa laporan dalam bentuk soft file. Pendidik memonitoring setiap kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. (e) Menguji hasil, pada tahap ini peserta didik mempresentasikan hasil produknya untuk menerima tanggapan dari peserta didik/kelompok yang lainnya dilanjutkan dengan menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung.

Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidik menggunakan media pembelajaran berupa power point. Dalam pemanfaatan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman, pendidik menggunakan platform Quizizz yang digunakan untuk pretest mengukur kemampuan awal dan post test mengukur kemampuan akhir setelah mengikuti pembelajaran. Selain power point dan Quizizz pendidik juga memanfaatkan plat form mentimeter untuk menyampaikan refleksi pembelajaran.

Dampak dari pembelajaran ini, pembelajaran matematika dengan pokok materi perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku menjadi menyenangkan dan pemahaman siswa menjadi lebih baik terkait dengan kemampuan berpikir kreatif. Hal ini ditunjukkan dengan hasil nilai post test yang diperoleh peserta didik yang mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan nilai pretest yaitu sebesar 77%. Produk yang dihasilkan pun juga sangat variatif dan menunjukkan perkembangan yang signifikan. Karya yang dihasilkan peserta didik mendapatkan nilai secara rata-rata 88 yang diukur berdasarkan tampilan karya, ketepatan dan kebenaran penghitungan. Hasil refleksi siswa juga menunjukkan hal yang positif, sebagian besar siswa tertarik dan merasa senang belajar matematika yang telah berlangsung. Hanya sedikit saja yang mengalami kesulitan sekitar 2% dari jumlah peserta didik dalam kelas. Dari sisi keaktifan siswa, siswa menjadi lebih aktif dan produktif. Siswa dapat aktif bekerjasama dan aktif dalam menghasilkan karya/produk dari kegiatan pembelajaran berbasis projek.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based Learning sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Dengan pembelajaran model Project Based Learning peserta didik diberikan keluasaan untuk berkarya menghasilkan produk sesuai dengan keinginan mereka sendiri sesuai dengan tingkat kreatifitasnya masing-masing. Pembelajaran Project Based Learning selain dapat meingkatkan kemampuan berpikir kreatif juga memberikan dampak positif bagi peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berpikir HOTS. Pembelajaran dengan model pembelajaran Poject Based Learning dapat diaplikasikan ke semua mata pelajaran tidak hanya dalam pembelajaran matematika. Hal ini tentunya dengan memperhatikan pokok bahasan materi yang sesuai sehingga pembelajaran dan tujuan pembelajaran menjadi lebih optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline