Sangat disayangkan bila kejadian mogok pengrajin tahu dan tempe kembali terjadi di Indonesia. Apalagi di tanah Jawa yang kentara setengah penduduk Indonesia berada disana. Tentu akan sangat dirasakan oleh para penduduk disana.
Lain lagi dengan di Aceh walaupun desas desus mahal bahan baku kedelai dan juga kelangkaan minyak goreng, hampir tiap pagi masih dapat dijumpai tahu tempe di pasaran.
Heran sekali rasanya negara yang sangat luas dan di gadang-gadang swasembada pangan namun kelangkaan kedelai yang terjadi, apakah program yang dijalankan selama ini belum belum berhasil ? atau ada kartel yang mengendalikan di balik kejadian ini ? Seperti timbunan minyak goreng hingga 1 juta liter di sebuah kawasan di Medan.
Apalagi ada kabar beredar beberapa waktu yang lalu bahwasanya penyebab kelangkaan kedelai karena di borong oleh negara China untuk pakan babi mereka, semoga ini tidak seratus persen benar.
Pemerintah, melalui pihak yang berwenang perlu mempertegas kembali pihak-pihak yang mencoba bermain di balik penderitaan masyarakat kecil. Jangan biarkan pihak tertentu yang beruntung akan tetapi masyarakat kecil yang menopang keluarganya berderai air mata.
tahu tempe langka adalah sebuah pembelajaran untuk kita, karena tahu tempe produk dari masyarakat akar rumput Indonesia, jika hal terjadi terus berkelanjutan. Maka benar saja kita belum berhasil menjaga Indonesia.
Semoga para pengrajin tahu tempe tidak jadi mogok!(*)
(YS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H