Beberapa hari yang lalu para honorer mendapat pesan dari grup WhatsApp untuk mengambil insentif bulanan mengajar. Pada hari yang sangat di nantikan tersebut bendahara ingin membagikan insentif para honorer di tambah dengan uang pulsa mengajar melalui media sosial.
Dengan raut wajah sumringah para teman-teman honorer datang tepat waktu, mungkin saja karena uang insentif bulan lalu yang di tunggu akan cair, wajar saja mereka senang dan hati.
Nah, ketika itu saya ikut merasa sedih saat tak sengaja mendengar percakapan antara teman honorer dengan sang bendahara.
Sebut saja namanya Amin, dia seorang guru bahasa. Saat itu dia meminta lebih uang pulsa untuk mengajar para siswa secara jarak jauh menggunakan media online.
Karena katanya tak cukup dengan uang seratusan ribu rupiah untuk mengajar secara daring selama satu bulan penuh. Karena harus membuat media - media yang menarik untuk para siswa.
Namun sang bendahara tidak bisa memenuhi permintaannya karena kekurangan uang di sekolah untuk membiayainya. Dengan rela hati teman honorer tadi harus menerima secara lapang hati.
Dalam keseharian di sekolah si kawan honorer tadi memang terlihat sebagai guru yang kreatif dalam proses belajar dan mengajar, dia mempunyai dialek yang bagus dalam pengucapan bahasa inggris, grammer, prononsation dan linguistiknya.
Bahkan dia punya channel youtube yang lumayan di kenal dengan karya nya sebagai anak muda hidup di zaman milenial ini.
Melihat fenomena di atas, sudah selayaknya stagholder dunia pendidikan di Kabupaten kota memperhatikan anak muda/guru honorer yang enerjik seperti ini.
Mendukungnya dengan pelatihan dan support yang lebih agar dunia pendidikan di pelosok terus maju dalam bersaing dengan pendidikan di perkotaan.
Regulasi yang pro honorer kreatif dalam menunjang perekonomian serta pendidikan Indonesia lebih maju secara berkelanjutan.