Lihat ke Halaman Asli

YOSEF R FIRDAUS

jadikan menulis sebagai hobi

Mudik dan Hari Kemenangan

Diperbarui: 4 April 2024   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Mudik dan Hari Kemenangan

Oleh: Yosef R Firdaus (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Lampung)

Tradisi mudik memiliki akar yang dalam, sudah ada sejak zaman kerajaan di Indonesia. Kata "mudik" berasal dari Bahasa Jawa, yaitu singkatan dari "mulih dilik", yang berarti pulang ke kampung halaman sebentar.

Asal-usul kata "mudik" juga berasal dari Bahasa Melayu yang artinya "udik", yang mengandung arti hulu atau ujung. Dahulu tradisi masyarakat Melayu yang tinggal di daerah hulu sungai sering melakukan perjalanan ke daerah hilir sungai menggunakan perahu atau biduk untuk menemui sanak saudara yang jauh.
Fenomenan ini telah ada sejak sebelum zaman kerajaan Majapahit dan Mataram Islam. 

Namun istilah mudik baru popouler pada tahun 1970-an, ketika Jakarta menjadi magnet bagi penduduk desa yang berbondong-bondong merantau mencari pekerjaan.

Tradisi mudik merupakan momentum yang ditunggu-tunggu oleh para perantau agar bisa berkumpul bersama sanak keluarga di kampung halaman, aktivitas mudik menjadi bagian penting dalam perayaan Idul Fitri (lebaran) di Indonesia.
Pada lebaran 2024 ini, diperkirakan jumlah pemudik mencapai 193, 6 juta orang, atau naik 34 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini juga bahwa 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia melakukan pergerakan dari satu daerah ke daerah lain, dari satu kota ke kota lain yang mana tujuannya adalah pulang ke kampung halaman.

Selain itu mudik juga diprediksi membawa pengaruh perputaran uang. Bayangkan jika setiap kepala keluarga atau perorangan membawa uang rata-rata Rp. 3.250.000, perputaran uang diperkirakan mencapai RP. 157,3 triliun.

Di Indonesia hari raya idul fitri dimaknai sebagai "hari kemenangan". Yang biasa disebut "idul fitrah", yang diartikan "kembali ke Suci". Yaitu karena manusia bersih dari segala dosanya karena telah melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh.

Kemenangan yang kita capai adalah diartikan  bahwa kita mampu menahan diri selama sebulan penuh. Mengendalikan diri agar tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Maknanya kita merayakan hari raya kemenangan karena kita berhasil mengalahkan diri sendiri selama sebulan.

Dapat dikatakan bahwa mudik lebaran bagi masyarakat Indonesia merupakan suatu ibadah atau ritual tahunan yang tidak boleh dilanggar dan hal ini sama sekali tidak mengenal status sosial-ekonomi maupun derajat kehidupan seperti kaya atau miskin, mampu atau kurang mampu, sehingga ritual tahunan ini selalu marak dan menjadi prioritas utama pada saat mengahadapi lebaran atau hari raya Idul Fitri .

Secara budaya kegiatan mudik lebaran identik dengan kemenangan yang diperoleh umat manusia terutama yang beragama Islam setelah satu bulan penuh menunaikan kewajiban agama yaitu menunaikan ibadah puasa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline