Natal 2024 dan Bayang-Bayang Kenaikan PPN 12 %
"Dalam malam Natal inilah kita teguhkan kembali kepercayaan kita bahwa kita akan tetap terus sebagai bangsa yang sama walaupun berbeda-beda keyakinan. Keyakinan tidak boleh menceraiberaikan kita, karena tantangan kehidupan modern akan membawakan kepada kita sesuatu yang lebih dahsyat" (Gus Dur, Presiden RI ke-4).
Tiga Keutamaan Natal
Bagi umat Kristiani, Natal adalah pesta iman. Iman akan kelahiran Yesus yang disebut Kristus Tuhan. Namun Ia lahir dalam kesederhanaan. Allah yang Maha Agung dan Besar, datang dalam kemuliaan dan sukacita, namun terbaring dalam kandang binatang yang kotor dan tengik.
Mengapa Allah yang transenden itu harus menjadikan diriNya imanen? Karena Allah tahu bahwa umat milik-Nya itu adalah orang-orang kecil dan sederhana, maka meskipun Ia Allah yang jauh melampaui semuanya, Ia harus menjadikan diriNya dekat supaya Ia mudah didekati para gembala di padang Efrata.
Sukacita Natal oleh warta para malaikat yang membuat para gembala terpesona sesaat di padang itu, lantas mengajak mereka untuk jangan berlama-lama di padang, tetapi segera kembali ke Betlehem sebab di sana mereka akan berjumpa dengan Sang Raja Agung Mulia, yang terbaring dalam palungan kecil nan sederhana tempat makan domba.
Peristiwa Natal selalu mengajarkan kepada umat Kristiani yang merayakannya tiga keutamaan ini: kesederhanaan atau kesahajaan; dan kedamaian.
Pertama: Kesederhanaan atau kesahajaan
Kesederhanaan atau kesahajaan berarti tidak dalam kemewahan, tidak luar biasa, dan dalam kewajaran. Hal itu ditunjukkan dengan kehadiran para gembala yang merupakan saksi pertama kelahiran Tuhan. Kesederhanaan juga ditunjukkan dengan kandang dan palungan tempat Anak Allah dibaringkan. Pada hal seharusnya sebagai Allah, Ia berhak lahir dalam kemewahan. Namun Ia lebih memilih kesederhanaan demi solidaritas dengan umat-Nya.
Maka Natal mengajarkan kepada kita kesederhanaan sebagai warga masyarakat Indonesia. Tidak hidup dalam kemewahan dan berfoya-foya sebab (mungkin) ada saudara-saudara di sekitar kita yang hidup dalam kekurangan dan kemiskinan. Dengan hidup sederhana kita berkurban
Kedua, Kedamaian
Peristiwa Natal juga membawa kedamaian. Pertama-tama kepada para gembala yang sedang menjaga kawanannya di padang, yang selalu was-was jangan sampai ada predator yang menyerang mereka dan domba-dombanya. Karena itu warta malaikat mau meyakinkan mereka bahwa malam itu mereka bebas dari serangan predator, dan sebaliknya 'jangan takut' karena telah lahir Raja Damai. Kata malaikat-malaikat itu: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Luk 2: 14)
Selanjutnya kepada mereka yang merayakannya bukan sebuah damai yang semu, tetapi damai yang masuk ke dalam relung-relung hati sehingga siapa pun yang ditemui bukan lagi musuh tetapi sahabat dalam Tuhan. Tiada lagi lawan tetapi yang ada hanyalah kawan.
Ketiga, Sukacita dan Kegembiraan
Salah satu keutamaan lain dari peristiwa Natal adalah sukacita dan kegembiraan. Sukacita dan kegembiraan tidak sama dengan pesta pora. Seperti kata malaikat kepada para gembala, "aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa"(Luk 2: 10).
Natal hendak mengajarkan kepada manusia untuk selalu bersukacita hilangkan rasa sedih dan duka di hati. Karena hanya hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi hati yang licik akan mendatangkan musuh.