Pilkada 2024 dan Ritual Adat Akal-Akalan
Hingar bingar Pilkada 2024 telah usai. Pihak yang menang telah merayakan kemenangannya. Sementara pihak yang kalah mungkin dengan terpaksa menerima kekalahan, tetapi itulah yang terjadi.
Dalam sebuah perhelatan politik dan persaingan, selalu ada pihak yang menang dan ada yang kalah. Tidak bisa semuanya menang. Sebaliknya juga tidak bisa semuanya kalah. Ada yang menang secara terhormat, namun ada juga yang kalah secara terhormat. Maka semua pihak harus menerima kenyataan tersebut.
Pilkada 2024 secara realita telah berakhir. Namun masih juga menyisahkan beberapa pengalaman pahit dan manisnya. Ternyata untuk memasuki perhelatan politik, banyak praktek dilakukan, baik secara logis, artinya bisa diterima oleh akal sehat, tetapi ada juga melakukan praktek-praktek secara magis.
Karena itu menurut penulis adalah baik untuk didalami di sini pengalaman-pengalaman mitis magis yang dilakukan oleh oknum paslon tertentu yang disebut sebagai ritual adat guna mempengaruhi para arwah dan leluhur untuk merestui dan memberikan dukungan kemenangan.
Br. John Tanouf, SVD seorang Biarawan dan Sekretaris Yayasan Bentara Sabda Timor menulis dalam Majalah Warta Flobamora, sebagai berikut:
"Menjelang setiap hajatan politik, bakal calon eksekutif dan legislatif menggunakan berbagai trik untuk memikat hati rakyat sebagai pemilih agar dapat terpilih sebagai pemimpin baik eksekutif maupun legislatif di semua jenjang. Salah satu trik yang makin marak dipraktekkan belakangan ini adalah mencari dukungan dengan mendatangi ketua-ketua suku atau pemangku adat dan melakukan ritual adat di rumah adat atau tempat-tempat sakral milik masyarakat adat."
Pertanyaannya adalah mengapa justru ketua-ketua suku atau ketua adat yang menjadi sasaran bidik bagi para bakal calon eksekutif dan legislatif itu?
Menurut John Tanouf, ada dua alasan utama, yaitu:
Pertama, dengan melakukan pendekatan terhadap ketua suku, mereka dapat memperoleh restu dan dukungan langsung dari kepala suku atau pemangku adat. Maka kepala suku selanjutnya akan meminta atau menyampaikan kepada para anggota sukunya untuk memilih bakal calon bersangkutan dengan istilah, 'Ini yang kita punya!'
Semakin besar jangkauan dan banyaknya anggota suku, memberi kemungkinan dukungan lebih banyak.