"Pernikahan bagaikan melihat daun yang jatuh di musim gugur: Selalu berubah dan semakin indah setiap hari."
Kompasiana menyuguhkan sebuah topik pilihan yang sangat menarik namun menantang kita para Kompasianer untuk mengurai persoalan yang dihadapi para calon pengantin sebelum memasuki bahtera kehidupan rumah tangga.
Sebenarnya salah satu hal yang menjadi penyebab menurunnya angka pernikahan dewasa ini adalah tuntutan mewahnya pesta pernikahan, karena itu menuntut juga kantong tebal dari calon pengantin. Kalau tidak maka taruhannya adalah berutang.
Kompasiana menulis: "Menurutmu, apa penyebab utama pasangan muda rela berutang demi pernikahan? Apakah tekanan sosial, gaya hidup, atau kurangnya edukasi finansial?"
Jawabannya jelas ada tekanan sosial dari keluarga besar (big familly), juga tidak terlepas dari gaya hidup (lifestyle) suka berpesta pora; dan tentunya juga ujung-ujungnya adalah kurangnya pendidikan literasi keuangan (edukasi finansial).
Tulisan ini hendak mengangkat sebuah tradisi yang sebenarnya dapat dikatakan sebagai tradisi yang negatif, namun sudah sekian lama menjadi praktik hidup masyarakat di kabupaten Belu yang dinamakan "Fui Tuak" atau "Kumpul Keluarga" sebelum pesta pernikahan seorang anggota keluarga.
Penulis memberi judul pada tulisan ini, "Mengurai Tradisi Fui Tuak atau Kumpul Keluarga Sebelum Pernikahan di Kabupaten Belu, Timor, Nusa Tenggara Timur.
Pengertian dan Makna Tradisi Fui Tuak atau Kumpul Keluarga
Tradisi Fui Tuak merupakan suatu kebiasaan dalam adat perkawinan yang sudah lama dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat Timor, khususnya di kabupaten Belu.
Fui Tauk merupakan kata bahasa Tetun dari dua kata "Fui dan Tuak". Kata "Fui" artinya "Tuang" dan "Tuak" artinya "Sopi" yaitu sejenis minuman keras yang terbuat dari pohon lontar atau enau atau gewang.
Caranya: air dari irisan bakal buah lontar, atau enau, atau gewang kemudian dicampur dengan beberapa ramuan tradisional dan kemudian disuling hingga menghasilkan tetesan minuman beralkohol tradisional.