Mendengarkan Pengalaman Berpastoral di Tengah Perubahan Iklim dan Cuaca yang Tak Menentu
Pengantar: Mengenalkan Keuskupan Atambua
Sesuai kalender kerja yang sudah ditetapkan pada awal tahun 2024 selama dua (2) hari ini yaitu Selasa dan Rabu (19-20/11-2024) para agen pastoral Keuskupan Atambua mengikuti kegiatan evaluasi dan perencanaan pastoral 2024/2025.
Di bawah bimbingan Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, para peserta evaperca menggumuli tema 'Dalam Semangat Sinodalitas kita wujudkan Keuskupan Atambua yang cerdas dan sejahtera sesuai arah dasar pastoral keuskupan Atambua tahun 2023-2028.'
Untuk diketahui Keuskupan Atambua sebagai bagian dari Konferensi Waligereja Indonesia atau yang disingkat KWI, telah berdiri sejak tahun 1913 mula-mula sebagai Prefektur Apostolik Kepulauan Sunda Kecil dengan Mgr. Petrus Noyen SVD sebagai Prefektur Apostoliknya.
Peningkatan status dari Prefektur Apostolik menjadi Vikariat Apostolik terjadi pada tanggal 16 Juni 1937 dengan Mgr. Jacobus Pessers SVD sebagai Vikaris Apostoliknya.
Dengan berdirinya hierarki Gereja untuk seluruh Indonesia pada tanggal 03 Januari 1961, maka Vikariat Apostolik Atambua ditingkatkan statusnya menjadi Keuskupan Sufragan Atambua.
Sebagai sebuah gereja Lokal keuskupan Atambua dipimpin oleh Mgr. Theodorus Fransiskus Maria van den Tillaart SVD yang kemudian berubah namanya menjadi Theodorus Sulama sewaktu beralih dari warga negara Belanda menjadi warga negara Indonesia.
Setelah selama 23 tahun lebih menggembalakan umat Allah di Keuskupan Atambua, akhirnya estafet kepemimpinan selanjutnya diserahkan kepada penggantinya Mgr. Anton Pain Ratu SVD seorang putera Flores.
Babak baru terjadi sebagai babak pembentukan model Gereja Umat yang ditandai dengan terjadinya Sinode Keuskupan Atambua pada 24-29 Juni 1985.
Beberapa terobosan terjadi pada masa kepemimpinan Mgr. Anton Pain Ratu SVD antara lain: mengembangkan pastoral Integral dari satu dapur pastoral yang disebut Pusat Pastoral Keuskupan Atambua.
Melalui pastoral yangdisebutnya 3 BER yaitu Berpendidikan, Berpengaruh, dan Berkedudukan, ia perlahan-lahan membongkar dualisme iman di kalangan umat dan mulai mengakarkan iman kristiani di Timor Barat.