Sudah sejak hari Senin tanggal 29 Juli hingga besok Sabtu, 03 Agustus 2024 berlangsung Pekan Pameran Ekonomi Kreatif Keuskupan Atambua (PPEK-KA) yang diselenggarakan oleh pihak Keuskupan Atambua. Pameran tahun ini merupakan pameran ke-14 sejak era kepemimpinan Uskup Dominikus Saku.
Pameran Ekonomi Kreatif tahun 2024 ini bertema: "Dalam Semangat Sinodalitas Kita Tingkatkan Pemberdayaan Ekonomi". Pameran ini diikuti oleh 56 stand yang meliputi paroki, sekolah, lembaga pemberdayaan, instansi pemerintah, dan lembaga keuangan. Masing-masing stand pameran menampilkan aneka hasil kerajinan dan ketrampilan yang terdiri dari aneka kuliner, kain tenun, gerabah, kerajinan kayu, dan aneka olahan makanan ringan lainnya.
Dari sekian banyak stand pameran yang ada, ikut serta juga sebuah stand yang dikelola oleh Pusat Pastoral Keuskupan Atambua yang menampilkan berbagai data pastoral, buku-buku bacaan hasil karya para pelayan pastoral, dan aneka buku teologi praktis. Ada yang dijual dan ada yang dipamerkan untuk dibaca.
Setiap malam rata-rata pengunjung pada arena PPEK-KA yang berlangsung di halaman depan Keuskupan Atambua di Lalian Tolu itu mencapai 2000 orang.
Selain pameran hasil-hasil pemberdayaan ekonomi, juga menampilkan berbagai atraksi kesenian berupa lomba seni suara dan tarian kreasi antar sekolah dan Orang Muda Katolik, serta berbagai keramaian lainnya.
Yang ingin penulis angkat sebagai topik diskusi di sini adalah mengapa dari sekian banyak peserta stand pameran, hanya ada satu stand yang menampilkan pameran buku? Lalu pertanyaan selanjutnya adalah apa sebab stand pameran buku pada Pekan Pameran Ekonomi Kreatif sepi pengunjung, dan apa yang menjadi akar masalah dari semuanya ini?
Sebab-Sebab Sepinya Pengunjung Stand Pameran Buku
Setelah melalui refleksi dan diskusi bersama beberapa tokoh yang berperan dalam event pekan pameran ekonomi kreatif ini, akhirnya ditemui kurang lebih 3 (tiga) penyebab sepinya pengunjung stand pameran buku pada PPEK-KA ini.
1. Tidak Adanya Minat Baca
Menurut Pastor Vincentius Wun SVD, akhir-akhir ini minat baca masyarakat, termasuk anak-anak sekolah makin menurun bahkan tidak ada sama sekali.
Wakil Uskup Atambua itu mengatakan kepada penulis: