Lihat ke Halaman Asli

Yosef MLHello

Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Ritual Ta'E Tebok dalam Adat Kematian Orang Naitimu di Belu

Diperbarui: 27 April 2024   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi beri makan arwah/Intisari Online-Grid.ID

Kematian adalah kepastian dalam kehidupan manusia. Berhadapan dengan peristiwa kematian, manusia tidak berdaya karena keterbatasannya. Setiap daerah atau suku bangsa memiliki tradisinya masing-masing sehubungan dengan adat kematian.

Dalam tulisan ini, penulis hendak mengangkat sebuah tradisi orang mati yang terjadi dalam masyarakat Belu khususnya orang Naitimu.

Naitimu merupakan suatu wilayah kerajaan tradisional di Timor. Menurut sejarah, kerajaan Naitimu di Belu berdiri pada tahun 1653 hingga 1942 dengan pusat kerajaannya di Nanaet Dubesi.

Dahulu pada zaman kerajaan, wilayahnya meliputi hampir seluruh Kecamatan Tasifeto Barat sekarang. Namun seiring perjalanan waktu dan adanya pemerintahan gaya baru, maka lambat laun pengaruh kerajaan itu semakin pudar. Namun masih terdapat ketaatan 'terselubung' dari masyarakat yang masih menghargai tradisi dan kebersamaan budaya.

Kini nama Naitimu terpatri pada sebuah nama kedesaan Naitimu, kecamatan Tasifeto Barat, kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Namun ketika kita membahas tentang sebuah tradisi termasuk tradisi kematian yang menyangkut orang Naitimu, wilayahnya seharusnya lebih luas dari sekedar Desa Naitimu.

Tradisi Kematian Orang Naitimu

Orang Belu pada umumnya memiliki kepercayaan bahwa kematian merupakan peristiwa beralihnya manusia dari kehidupan di dunia ini menuju suatu kehidupan yang baru. Meskipun kehidupan yang baru itu tentu masih merupakan suatu misteri yang sampai saat ini belum terpecahkan oleh manusia.

Pada zaman dahulu diyakini oleh manusia bahwa setelah seseorang meninggal dunia, badannya akan tinggal di dalam tanah, namun jiwanya berjalan menuju puncak gunung yang tertinggi. Dan bagi orang Timor, khususnya bagi mereka yang menetap di Belu yakin bahwa semua orang yang telah meninggal dunia, jiwa mereka akan berangkat menuju gunung Lakaan dan bersemayam di sana. Di sana semua arwah orang mati akan berkumpul.

Namun keyakinan ini lambat laun mulai samar-samar atau memudar seiring adanya kehidupan beragama dan kemajuan dalam dunia keilmuan dan teknologi.

Meskipun demikian tradisi kematian terus dilestarikan melalui acara atau ritual khusus seperti Ta'E Tebok atau memecahkan piring orang yang sudah mati dan tradisi memanggil arwah.

Pelaksanaan dan Maknanya

Acara Ta'E Tebok biasanya dilakukan bersamaan dengan upacara kenduri atau dapat dikatakan sebagai syukuran kematian. Pada acara kenduri ini ditandai dengan penyembelihan atau pemotongan sapi atau babi dengan tujuan untuk makan perpisahan antara anak-anak atau keluarga yang masih hidup dengan orang mati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline