Penculikan anak yang marak pada musim liburan membuat para orang tua dan semua yang mempunyai kepedulian terhadap anak mulai wanti-wanti. Semua pihak berupaya mencari akar penyebab dari persoalan ini dan berusaha menemukan solusi yang tepat bagaimana menghadapinya agar kasus serupa tidak terjadi lagi.
Penculikan yang dialami anak Attila Syach selama 3 hari oleh orang yang tidak dikenal itu hanyalah merupakan salah satu dari sekian banyak kasus penculikan yang sudah terjadi selama ini.
Pertanyaan pertama yang selalu diajukan adalah mengapa penculikan anak masih marak terjadi saat ini, ketika keterbukaan, kemajuan dan berbagai kemudahan dialami seperti adanya CCTV di mana-mana, tetapi tokh penculikan anak itu terjadi lagi? Jawabannya, mungkin saja karena menikmati kemudahan dan kemajuan dewasa ini, banyak orang termasuk para orang tua melupakan harta yang paling berharga di dalam hidupnya yaitu anak untuk dilindungi.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat bahwa telah terjadi adanya peningkatan kasus penculikan anak pada musim liburan terutama di awal tahun 2023 yang lalu (Topik Pilihan).
Menurut Tempo.co (7/2/2023), kasus penculikan anak bertambah lebih banyak pada awal 2023. Total 28 kejadian terjadi sepanjang awal tahun 2023. Sementara, menurut data Kementrian PPPA RI 2022, angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 15 kejadian.
Di tengah kemajuan dan perubahan yang sangat signifikan dewasa ini, mengawasi anak bukanlah hal mudah. Apalagi dengan berbagai tuntutan kehidupan sehingga banyak orang tua terpaksa harus meninggalkan anaknya sendirian di rumah. Sementara ia harus sibuk bekerja demi kehidupan keluarga. Maka, kini tugas mengawasi anak bukanlah semata-mata orang tua saja, tetapi banyak pihak ikut terlibat di dalamnya.
Karena itu, sampai saat ini masih tetap berlaku adagium lama ini yang berbunyi, "Adalah lebih baik mencegah, daripada mengobati". Memang betul bahwa mencegah lebih mudah dari pada mengobati. Karena itu, harapan kita bersama adalah agar jangan sampai tren kenaikan angka tersebut dapat terulang lagi pada awal tahun 2024 ini, baiklah kita mencegahnya.
Pada kesempatan ini penulis hendak mengemukakan cara-cara untuk mencegah terjadinya penculikan anak sebagaimana dilansir dalam https://infopublik.solokkota.go.id, yang kiranya membantu para orang tua dan pengasuh anak menjalankan tanggung jawabnya dengan baik dan benar, sebelum hal itu terjadi.
1) Edukasi atau Pendidikan Kesadaran.
Anak dan orang tua perlu mendapat edukasi tentang ada dan maraknya penculikan anak saat ini, khususnya pada saat liburan sekolah, dan bagaimana menghindari penculikan itu. Kepada anak-anak sendiri perlu ditanamkan kesadaran bahwa anak-anak hanya boleh mengikuti ajakan orang tua saja. Tidak boleh memercayai orang-orang yang tidak dikenal. Melalui edukasi ini, anak juga perlu mengetahui bagaimana memberikan respon jika mereka atau teman mereka menjadi target penculikan. Kepada siapa mereka harus memberitahukan atau melaporkan.
2) Hati-hati memberikan informasi pribadi kepada orang lain.
Setiap orang patut dicurigai! Kepada anak-anak harus diajarkan untuk tidak memberikan informasi pribadi atau keluarganya kepada orang lain, terutama orang yang tidak dikenal. Nama, alamat rumah, alamat sekolah, ibu guru atau bapak guru, kepala sekolah, dan di zaman teknologi informasi ini, nomor hand phone pribadi atau orang tua tidak boleh diberikan kepada sembarang orang.