HEBOH jagat politik Indonesia, karena seorang Kaesang Pangarep yang selama ini belum pernah menjadi anggota Partai Politik, begitu bergabung dalam partai dua hari langsung didaulat jadi Ketua Umum. Itu baru terjadi dalam sejarah perpolitikan partai di Indonesia. Bayangkan saja, Mas Kaesang baru masuk Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada Sabtu (23/9/2023). Lalu pada Senin, 25/9/2023 langsung mendapat mandat untuk menduduki jabatan tertinggi dalam partai yang selama ini dikenal 'vokal' itu.
Peristiwa ini memang merupakan peristiwa langka dalam kaderisasi perpolitikan Indonesia. Karena yang penulis tahu selama ini banyak orang dan tokoh yang harus berjibaku memperebutkan kursi pimpinan tertinggi partai itu. Ada banyak tokoh yang terpaksa harus menjadi korban, bahkan korban nyawa karena terlibat perebuatn kursi sebagai Ketua Umum Partai.
Namun itu tidaklah terjadi pada Mas Kaesang Pangarep, Putera Bungsu bapak Presiden Ketujuh Indonesia, Joko Widodo. Mas Kaesang dengan mudahnya tanpa perjuangan melawan tokoh-tokoh pendahulu partai, langsung menerima tugas mulia yang akan dengan muda mengantarnya untuk sampai pada Kursi Nomor 1 RI. Sebab selama ini kita tahu, hanya pemilik partai yang bisa mencalonkan diri menjadi Capres RI. Dan tiket itu sudah dipegang oleh Mas Kaesang. Luar biasa.
Terhadap peristiwa langka yang sudah diemban oleh Mas Kaesang Pangarep ini, penulis hendak menyampaikan sdetidaknya 3 (tiga) buah pertimbangan politik di sini, biar bisa jadi pembelajaran politik bagi para Politisi Muda khususnya di daerah.
Pertama, Kaderisasi Partai Politik
Menurut penulis, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) masih tergolong lemah dalam proses kaderisasi. Hal itu nyata betul dalam pengangkatan Kaesang Pangarep sebagai Ketum Partai. Pada hal seharusnya seseorang diangkat menjadi Ketum atau pun jabatan dalam partai harus telah melewati beberapa tahapan dalam struktur organisasi partai.
Dalam hal ini, Partai Solidaritas Indonesia yang baru berdiri pasca Pemilu tahun 2014 tepatnya tanggal 16 November 2014 dengan pendirinya Grace Natalie dan kawan-kawan, mengabaikan proses kaderisasi partai. Itulah juga yang menjadi sorotan media asing sebagaimana diberitakan CNBC Indonesia (Rabu,27/9/2023).
Bila suatu partai sudah dewasa dalam proses kaderisasinya, seseorang yang masuk menjadi anggota partai diurutkan dalam struktur organisasi partai sehingga tidak serta merta anggota yang baru masuk langsung menembus pimpinan puncak, sementara tokoh yang lain yang mengikuti proses perekrutan anggota (mendapat KTA) masih terseok-seok melalui penjenjangan pimpinan partai.
Dalam hal ini, dalam kasusnya Mas Kaesang Pangarep bisa dikatakan sebagai kenaikan menyimpang. Dan seperti biasa dalam perpolitikan, kalau seseorang naik menyimpang, bakal jatuh juga menyimpang. Mudah-mudahan ini tidak terjadi pada Mas Kaesang.
Itu pun bukan salahnya Mas Kaesang. Yang ikut salah adalah pola kepengurusan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Karena itu, penulis mau memberi masukan kepada Pengurus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), supaya memperhatikan tahapan menuju pucuk pimpinan partai. Artinya mesin kaderisasi partai harus menjadi perhatian.