Minggu lalu saya melakukan perjalanan darat dari Atambua, Kota Perbatasan dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste menuju Kupang, Ibukota Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Suatu perjalanan darat yang memakan waktu 6-7 jam. Meskipun demikian, badan tidak terlampau letih karena keadaan jalan yang sudah lebih baik dan mulus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Apalagi saat ini di Timor, iklimnya mulai berubah. Kalau tahun-tahun silam, di bulan Juni seperti ini sudah terasa panas karena hampir memasuki musim kemarau.
Namun sekarang agak berbeda. Hujan sedang dan gerimis masih terasa, sehingga membuat udara terasa sejuk. Di kiri kanan jalan masih terlihat kehijau-hijauan.
Pemandangan ini tentu memanjakan mata karena masih ada di sana-sini bunga putih dan kuning di sepanjang jalan yang terus menggoda mata kita.
Perjalanan dari Atambua menuju Kupang mesti melewati dua kota kabupaten yaitu kota Kefamenanu yang biasa dikenal dengan sebutan Kota SARI ibu kota kabupaten Timor Tengah Utara disingkat TTU, dan kota Soe yang biasa dikenal dengan sebutan KOTA DINGIN ibu kota kabupaten Timor Tengah Selatan atau TTS.
Memasuki wilayah Timor Tengah Utara atau yang biasa dikenal dengan Biinmafo alias Biboki, Insana dan Miomaffo, para penumpang bus atau kendaraan pribadi sejenak dihentikan perjalanannya oleh anak-anak yang menjual jambu khas Pah Meto yang dalam bahasa Dawan disebut "Koe Jawas atau Koe Jabas".
Seorang penumpang bus yang kami tumpangi bersama, berkomentar mengenai rasa 'koe jawas' di daerah sekitar Kota Sari itu. "Rasa jambunya lain, manis, alami dan segar", katanya.
Menurut Ibu Yuli (55) yang menumpang bus dari Atambua menuju Kupang mengatakan kepada penulis bahwa beliau sudah beberapa kali membeli jambu di sini.
"Anak-anak saya suka sekali makan jambu yang dibeli sini! Apalagi kalau dapat jambu yang isinya merah, sangat baik untuk dibuat jus jambu", katanya menjelaskan.